Páginas

Minggu, 05 Januari 2014

Sinopsis I Miss You Episode 13 - 2

Jung Woo mencuci muka di toilet dan menatap kaca, memuji dirinya sendiri, “Han Jung Woo, kerja yang bagus. Apa salahnya hanya menjadi teman? Jangan serakah. Sudah cukup kalau kau menemukan gadis itu.”


Seniornya muncul dan Jung Woo mencoba bersikap normal dan bertanya tentang rekening yang dipinjam untuk Sekdir Nam gunakan. Apakah Detektif Joon menemukannya?
Detektif Joon malah menggerutu pada Jung Woo yang tak menyalakan handphone semalaman, “Kupikir kau telah diculik oleh wanita lain, makanya..” ia berhenti dan menatap Jung Woo serius, “Kenapa kau saat itu menelepon Zoe dan bukannya aku?”
Jung Woo pura-pura polos dan seolah juga bingung mengapa ia melakukan itu, mengaku kalau saat itu ia dalam pengaruh obat, “Jadi aku tak ingat.”
LOL. Dan Jung Woo pun buru-buru kabur dari kamar mandi, membuat Detektif Joon mengejarnya dan berteriak, “Bohong-bohong-bohong..”
Jung Woo menyalakan handphonenya yang mati dan betapa shocknya dia melihat rentetan miscalled baik dari Zoe maupun dari Harry. Tapi dari Zoe lah yang ia pikirkan. Ia berteriak, membuat Detektif Joon ingin tahu mengapa Jung Woo berteriak hanya dengan melihat handphonenya saja. Seniornya itu langsung menebak kalau teriakan Jung Woo pasti ada hubungannya dengan Zoe.
Tapi Jung Woo langsung menutupinya dengan pura-pura cool, walau bergumam heran, “Kenapa dia telepon, ya?”
Detektif Joon langsung mencolek semua bagian tubuh Jung Woo untuk memberitahukan apa hubungannya dengan Zoe, “Ayo cerita-cerita-cerita!”
Untung saja atasan mereka datang dan memarahi detekif Joon yang selalu mengganggu Jung Woo. Ia  menyuruh mereka mengusut perampokan di toko perhiasan di Daechi. Jung Woo mengatakan kalau ia akan mengusut kasus kematian Michelle Kim terlebih dahulu. Tapi menurut atasan Jung Woo, kematian Michelle Kim bukanlah karena pembunuhan.
Maka Detektif Joon pun menjelaskan kalau menurut Harry, kematian tantenya itu sedikit mencurigakan. Ada dokumen yang menyatakan kalau Michelle Kim meminjamkan sebesar 3 milyar won yang belum ia terima saat ia mati. 
Detektif Joon memberitahu kalau mereka belum berhasil menghubungi si kreditur itu yaitu Sekdir dari Bank Sangil, yang mungkin sudah melarikan diri. Tapi Sekdir itu menerima uang dengan menggunakan nama yang berbeda, “Bank Sangil.. Sepertinya ada yang mencurigakan tentang bank itu.”
Sang atasan melirik Jung Woo yang sedikit tak nyaman mendengar kalimat terakhir Detektif Joon, dan ia meminta Jung Woo untuk berbicara hanya berdua saja. Detektif Joon pun langsung tersadar betapa lancang mulutnya tadi, dan menatap Jung Woo dengan penuh rasa sesal, “Jung Woo, aku lupa..”
Jung Woo hanya berkomentar pendek, “Robek saja mulutmu itu.” 
“Aku sedang berusaha merobeknya,” kata Detektif Joon mematuhi saran Jung Woo dan menarik mulutnya lebar-lebar berkali-kali. 
LOL. Awas, benar-benar robek tuh mulut.
Atasan Jung Woo menanyakan apakah Jung Woo baik-baik saja, mengingat bank ayahnya sekarang sedang mendapat masalah, dan Jung Woo harus menyelidiki masalah ini juga.
Jung Woo mengatakan kalau ia sebenarnya mengenal si debitur itu, bahkan si debitur itu sempat mengirim SMS terakhir kalinya. Hal itu malah membuatnya khawatir, karena menurut SMS-nya, jika ia menemukan Soo Yeon maka ia akan terluka karenanya, “Jadi, saya harus menemukan orang itu.”
Hyung Joo yang sekarang memakai baju formal, menangkap udara dan seolah mengagumi barang yang tak kasat mata yang ada di telapak tangannya. Kemudian muncul seorang photografer yang langsung mengambil gambarnya.
Dan setelah itu, gambar itu muncul di dalam koran halaman depan, dengan tulisan “Orang hilang : hubungi 010 – 62… Jelas ini adalah usaha Tae Joon untuk menarik Hyung Joon, yang ia duga adalah pengirim miniatur sepeda itu, untuk muncul.
Mi Ran muncul dan Tae Joon memberitahukan istrinya kalau Kang Hyung Joon telah muncul. Mulanya Mi Ran tak ingat nama itu, tapi ia segera sadar nama itu adalah adik tiri Tae Joon. Tae Joon memperingatkan agar Mi Ran dan Ah Reum berhati-hati, karena ia tak ingin ada kasus kejadian Jung Woo di masa lalu terjadi lagi. Kali ini ia akan menangkap Hyung Joon, jadi ia minta Mi Ran untuk berhati-hati.
Hyung Joon duduk di ruang rahasianya ditemani sebotol alkohol. Teman chattingnya mengirimkan sebuah foto dengan pesan : Han Tae Joon sudah memulai aksinya. Apakah kau sudah membaca koran?
Hyung Joon terbelalak melihat foto ibunya dan sangat geram karena Tae Joon mencoba menipunya dengan menariknya keluar menggunakan ibunya yang sudah mati. Teman chatting Hyung Joon merasa kalau foto itu seperti foto baru dan bertanya bukankah ibu Hyung Joon sudah mati?
Hyung Joon menulis kalau Tae Joon masih menganggap dirinya berusia 12 tahun dan meminta temannya untuk tak tertipu dengan permainan anak-anak ini. Ibunya sudah mati.
Teman itu memberitahukan kalau Tae Joon memasukkan nama Kang Hyung Joo di sebuah rumah sakit jiwa. Apakah itu pesan yang meminta Hyung Joon untuk keluar? Hyung Joon tertawa sinis. Ia tahu kalau Tae Joon ingin sekali menangkapnya, tapi tak seharusnya Tae Joon menggunakan nama ibunya yang sudah meninggal.
Apa yang harus kulakukan? Han Tae Joon, Hwang Mi Ran, Sekdir Nam, Kang Sang Chul, Kang Sang Deuk, Michelle Kim. Bantulah aku, agar Jung Woo bisa menangkap Han Tae Joon dengan benar.
Teman chatting Hyung Joon menyanggupinya.
Soo Yeon menelepon, mencari-cari Hyung Joon. Tapi handphone Hyung Joon tak aktif. Ia juga  tak menemukan Hyung Joon di kamarnya. Ia masuk kamar dan melihat foto mereka berdua, dan kali ini berhenti untuk memandanginya lebih dalam.
Hyung Joon tahu kalau Soo Yeon mencarinya, karena ia bisa melihat Soo Yeon dari CCTV menatap foto mereka lama.
Ia melihat kalau handphone Soo Yeon berbunyi dan tersenyum melihat layar handphone itu, sebelum menjawabnya, “Ohh.. Jung Woo-ya..”
Hyung Joon tertawa mendengarnya. Bukan tertawa bahagia, atau tertawa geli. Apalagi setelah ia mendengarkan lagi apa yang dikatakan oleh Soo Yeon.
“Aku meneleponmu karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Mengapa suaramu seperti itu?” tanya Soo Yeon cemas. “Apakah kau terkena demam?”
Hyung Joon menatap kamera CCTV-nya tak percaya, apalagi Soo Yeon malah meninggalkan kamar tidurnya.
Jung Woo ternyata ada di toko kue dan menjawab, seakan merajuk, “Iya, temanmu ini sedang sakit. Memang apa yang kau lakukan setelah mendengarnya?”
“Aku akan menemuimu nanti. Aku ingin bertanya sesuatu,” jawab Soo Yeon yang membuat Jung Woo terlonjak kaget dan bertanya apa itu. Tapi Soo Yeon mengatakan, nanti saja.
Jung Woo pun berlagak kalem dan berkata kalau ia sedang sibuk dan langsung menutup telepon. Seakan bangga kalau ia bisa tenang, Jung Woo memuji dirinya sendiri (lagi), “Benar seperti itu. Senang juga menjadi teman.”
Ia dikagetkan oleh sesuatu yang hangat yang melingkari lehernya. Ternyata Detektif Joon mengalungkan syal di lehernya.
Aww… Detektif Joon.. so cuteee…. Syalnya lucu bangett!!
“Michelle Kim, Kang Sang Deuk, Nam Il Jeon. Sudah ada 3 kasus,” Detektif Joon mengambil pesanan kue yang dibeli Jung Woo, “Kau membeli kue ini?”
Dengan mata berbinar, Jung Woo mengatakan kalau Zoe telah menyelamatkan nyawanya, “Lampu jalan yang mati, 15 langkah.” Aihh.. kue itu untuk Soo Yeon? Detektif Joon memesan 3 kue yang sama, dan Jung Woo pun menyuruh seniornya untuk membayar pesanannya dan segera keluar.
Eihh.. yang nggak mau rugi.
Soo Yeon kaget melihat kedatangan Jung Woo. Dan kali ini, Jung Woo berbicara dengan banmal (informal) pada Soo Yeon, “Kau pasti terkejut, kan?”
“.. yo,” tambah seniornya, agar membuat ucapan Jung Woo menjadi kalimat formal (ex: gomawo = informal/banmal, gomawayo = formal/jeonmal. CMIIW), “Apakah Harry ada di rumah? Handphonenya mati, apakah ia ada di rumah?”
“Aku juga tak dapat menghubunginya,” jawab Soo Yeon, sehingga Jung Woo terkejut.
“Apakah telah terjadi sesuatu?” tanya Jung Woo khawatir.
“..yo. Kau meninggalkan –yo. Yo. Kau kelupaan –yo, ” tambah Detektif Joon sambil menendang pantat Jung Woo membuat Jung Woo salah tingkat, “Kalimat Jung Woo ini selalu pendek. Ia juga selalu berkata seperti itu pada para ahjumma. Tapi para ahjumma itu menyukainya.”
Tapi Soo Yeon malah tersenyum geli dan berkata kalau ia akan mengambilkan minum untuk mereka. Jung Woo dan Detektif Joon mengikuti langkah Soo Yeon, tapi Jung Woo langsung mendorong seniornya untuk tak mengikutinya.
Detektif Joon pun tahu diri, dan memilih duduk di sofa.. dan menonton percakapan Jung Woo dengan SooYeon dengan mata berbinar-binar.
LOL, kenapa nggak sekalian bawa popcorn dan coca cola aja sekalian?
Jung Woo melihat Soo Yeon yang lesu dan bertanya apakah Soo Yeon sedang sakit atau bertengkar dengan Harry? Soo Yeon membantah dugaan Jung Woo, tapi Jung Woo tak semudah itu percaya. Jung Woo mengajarkan pada Soo Yeon agar memarahi Harry kembali jika Harry marah padanya, “Kau kan punya aku. Jika ia membuatmu sedih, katakan padaku dan aku akan..” Jung Woo mengacungkan bogemnya.
“Akan apa?” tanya Soo Yeon geli.
“Apa yang harus kulakukan padanya? Aku akan melakukan apapun yang kau minta. Jadi jangan terlalu khawatir padanya. Mengapa harus khawatir kalau ada aku?” tanya Jung Woo pede.
“Ihh.. Apa kau pikir dirimu (jagi) itu adalah Superman?” Soo Yeon balik bertanya.
Namun Jung Woo malah terbelalak mendengar panggilan jagi yang bisa berarti dirimu tapi juga panggilan sayang antar sepasang kekasih. Soo Yeon pun akhirnya menyadari dan ia terbelalak karenanya. Jung Woo bercanda menggodanya, “Jagi? Boleh juga. Apa kita harus menjadi kekasih daripada teman?”
Soo Yeon tersenyum geli mendengar gurauan Jung Woo. Tapi ia pun kembali serius karena ia ingin menanyakan sesuatu yang pribadi. Jung Woo jadi penasaran. Namun karena ada satu orang yang sedang menonton mereka, Soo Yeon pun berjalan ke dapur dan Jung Woo pun mengikutinya.
Kwa kwa kwaaa.. penonton kecewa..
Soo Yeon tahu kalau Detektif Kim telah meninggal dan ia bertanya mengapa Jung Woo tak pernah memberitahukannya? Soo Yeon meminta Jung Woo menceritakan yang sebenarnya.
Sebelum memulai, Jung Woo meminta Soo Yeon untuk tak sedih saat mendengarkan ceritanya, “Setelah kau hilang, kau pun tahu kalau Kang Sang Deuk memberi kesaksian palsu kalau kau sudah mati. Saat itu aku menerima telepon darimu. Sebelumnya, aku sudah berpikir kalau kau masih hidup. Tapi setelah telepon itu, aku menjadi yakin dan aku pergi menemui Paman untuk meminta bantuan.”
Jung Woo menceritakan kejadian saat itu. Walaupun ia belum berkata apapun untuk meyakinkan Detektif Kim kalau Soo Yeon masih hidup, tapi Detektif Kim sudah tahu kalau Soo Yeon sebenarnya masih hidup, “Kemudian ia pergi untuk menemukan putrinya. Saat itu ia berkata kalau ia menemukanmu dan ia pasti akan membawamu pulang. Tapi itu adalah kata-kata terakhirnya.”
Soo Yeon tercengang mendengarnya dan wajahnya memucat, “Jadi apakah ia mati karenaku?”
Jung Woo menggenggam tangan Soo Yeon, menenangkannya kalau kematian Detektif Kim bukan karena kesalahannya dan ia akan menemukan penjahat yang membuunuh Detektif Kim, “Kau juga harus menolongku. Memang sulit untuk mengingatnya, tapi kau dapat melakukannya perlahan-lahan. Kau mau melakukannya untukku, kan?”
Soo Yeon mengangguk. Namun percakapan mereka terhenti karena ada suara Detektif Joon yang memecah keheningan, “Ah.. halo, Harry-ssi.”

Jung Woo dan Soo Yeon menoleh, kaget melihat Hyung Joon sudah berdiri menatap mereka, menatap tangan mereka yang saling menggenggam.
Soo Yeon buru-buru melepaskan genggamannya dan menghapus air matanya, menghampiri Hyung Joon dan bertanya kemana saja ia selama ini karena ia tak dapat ditemukan, bahkan di kamarnya.
Tapi Hyung Joon tak menjawab pertanyaan Soo Yeon, malah berkata pada Jung Woo, “Sekarang di matamu, kau tak memandangku.” Jelas Hyung Joon marah pada Jung Woo yang berani menggenggam tangan Soo Yeon di rumahnya dan tak menganggap dirinya lagi. Tapi Hyung Joon langsung menambahkan dengan senyum, “Bukannya aku marah padamu, Detektif Han.”
“Tak masalah jika kau marah padaku,” jawab Jung Woo tenang. Tapi ia merasa kalau sekarang bukan saat yang tepat. Ia akan menunggu Hyung Joon untuk meneleponnya untuk masalah ini.
Hyung Joon mengiyakan tawaran Jung Woo, bahkan ia juga menyuruh Jung Woo untuk menunggu untuk kasus tantenya dan meminta Jung Woo untuk pergi.
Kali ini Detektif Joon yang tak terima dengan usiran Hyung Joon, karena mereka ke sini bukan untuk bersenang-senang. Mereka menjelaskan kalau pemilik sebenarnya rekening yang digunakan untuk meminjam uang adalah Park Sun Hee yang pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Jaekyung. Apakah Harry pernah mendengar nama itu? Park Sun Hee pernah dirawat sementara di rumah sakit itu
Dengan ketus Hyung Joon menjawab kalau ia tak pernah mendengar nama itu dan menyuruh polisi untuk menyelidiki ke rumah sakit jiwa itu saja. Ia tetap meninggalkan mereka walaupun Detektif Joon mencoba memberi pertanyaan lagi. Jung Woo yang akhirnya menyela seniornya untuk tak bertanya lagi.
Detektif Joon yang masih kesal, menggerutu saat mereka sudah di lift untuk pulang. Ia merasa mereka diperlakukan seperti detektif swasta yang bisa disuruh-suruh. Ia juga separuh mengomeli Jung Woo yang tertangkap basah saat memegang tangannya, “Tatapannya seperti ia ingin membunuhmu. Sebenarnya kalian berdua itu memiliki hubungan apa? Sepertinya aku harus menyelidikimu dulu.”
Jung Woo tak menjawab, malah meminta seniornya untuk pergi mencari tahu ke RS. Jaekyung. Ia akan pergi ke sana setelah mampir ke butik Mi Ran, Belluz.
Soo Yeon menemui Hyung Joon yang sedang membaca dan memakai headphone. Ia tahu kalau Hyung Joon bisa mendengarnya dan ingin mengajaknya bicara. Ia mencoba melepas headphone Hyung Joon, tapi Hyung Joon menepisnya dan memintanya keluar.
Tetap tenang, Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk mengeluarkan kemarahan padanya. Ia mengerti kalau Hyung Joon marah padanya akhir-akhir. Tapi ia juga meminta agar Hyung Joon sedikit mengerti akan situasi dan masalah yang ia alami.
“Setelah 14 tahun aku bertemu dengan ibuku. Aku baru saja mengetahui kenyataan yang mengejutkan. Jung Woo .. kenyataan kalau dia menjadi detektif, juga mengejutkan. Tapi Detektif Kim juga meninggal saat mencariku. Eun Joo juga kehilangan ayahnya. Dan karena ibuku merasa kasihan pada Jung Woo, ia bahkan tak bisa menyuruhku untuk kembali..”
“Lee Soo Yeon!” bentak Hyung Joon sambil membanting headphone yang sedang ia pakai. “Aku menyuruhmu pergi karena aku tak ingin mendengarkan hal-hal itu. Orang-orang itu menunggu dan mempertaruhkan nyawanya untuk kita. Apakah itu mengejutkan? Apakah kau menyesalinya sekarang? Lalu bagaimana denganku? Yang terus melihatmu dan menjagamu? Jadi apakah aku tak diharapkan lagi olehmu?!”
Soo Yeon terhenyak kaget. Ia langsung berlutut dan meraih kedua tangan Hyung Joon, menggenggamnya, “Kenapa kau sangat marah? Jika aku menemukan keluargaku dan mengetahui perasaan mereka yang sebenarnya, kita dapat bahagia bersama. Orang tak dapat mengendalikan hatinya untuk bertemu orang lain.”
Hyung Joon menepis tangan Soo Yeon. “Bahagia bersama?” tanya Hyung Joon tak percaya. “Dengan siapa? Dengan Han Jung Woo?!”
Walau kaget mendengar Harry yang murka. Kali ini ia tak memegang tangan Hyung Joon, melainkan kakinya, Soo Yeon memanggil nama Hyung Joon yang sebenarnya, menenangkannya, “Joon, aku ada di sini. Aku akan selalu ada di dekatmu. Aku juga merasa seperti mau gila juga.”
“Kau merasa seperti gila? Haruskah aku membantumu sehingga kau tak akan goyah?!” tanya Hyung Joon menangis frustasi. “Tak hanya Han Jung Woo yang menunggumu selama 14 tahun ini. Aku juga menunggumu. Kau tak boleh bersama Han Jung Woo. Lupakanlah dia.”
Soo Yeon termenung di kamar dan memandangi fotonya bersama Hyung Joo. Terdengar suara Hyung Joon yang keluar kamar. Soo Yeon buru-buru keluar dan menemuinya. Hyung Joon sudah memakai baju pergi. Dengan ceria, Soo Yeon mengajak Hyung Joon untuk pergi bersama. Ia juga minta maaf pada Hyung Joon dan memintanya agar tak marah lagi padanya.
Hyung Joon diam, tapi Soo Yeon belum menyerah. Ia tahu kalau ia sudah bersikap egois. Tapi apakah Hyung Joon akan tetap seperti ini? “Kau tak makan dengan benar. Kau mau makan apa? Biar aku yang memasak sesuatu yang enak untukmu.”
Hyung Joon berjalan melewati SooYeon, masuk ke dalam lift, tak mempedulikan kata-kata Soo Yeon yang mengatakan kalau ini adalah pertengkaran mereka yang pertama kali, sehingga ia tak tahu harus bagaimana.
Mi Ran kaget mendengar Sekdir Nam meminjam uang sebesar 3 milyar won dengan menggunakan namanya dan agunan bangungan butik ini. Jung Woo mengatakan kalau sewaktu-waktu  Harry bisa saja menyita bangunan butik ini. Mi Ran tentu saja tak rela dan akan menuntut Sekdir Nam.
Karena Sekdir Nam sudah kabur, maka Mi Ran meminta tolong pada Jung Woo yang polisi.
Mendadak ia menggenggam tangan Jung Woo dan memohon agar Jung Woo tak memberitahukan masalah ini pada ayahnya karena sekarang ayahnya sedang stres akan masalah yang terjadi di bank-nya apalagi Sekdir Nam juga membawa lari uang ayahnya, “Tangkaplah Sekdir Nam. Ini adalah masalah keluarga kita. Kau adalah satu-satunya putra. Jika kau tak menyelesaikannya, siapa lagi yang bisa?”
Yaelah.. kalau sudah banyak aja masalah aja, panggil-panggil dia sebagai putra.
Tiba-tiba Hyung Joon masuk dan Mi Ran langsung membela diri kalau ia tak pernah menerimanya, “Bahkan melihatnya pun tak pernah. Tiga milyar? Tak mungkin.”
Hyung Joon tersenyum dan tak ingin membahas masalah ini. Ia bertanya pada Jung Woo apakah polisi sudah menemukan Sekdir Nam? Jung Woo berkata kalau ia sudah melaporkan orang hilang dan mencekalnya agar ia tak dapat pergi ke negara lain. Tapi karena seluruh keluarganya sudah ada di luar negeri dan belum ada bukti kuat, jadi agak sulit.
“Kau sibuk tapi kau masih juga bekerja,” sindir Hyung Joon akan ‘kesibukan’ Jung Woo.
Jung Woo tertawa mendengar sindiran yang terbuka itu, “Panggilanku adalah kelinci gila. Aku sangat cepat, sehingga jangan khawatirkan aku.”
Hyung Joon mengangguk dan tiba-tiba bertanya pada Mi Ran apakah Mi Ran tahu Rumah Sakit Jiwa Jaekyung? Mi Ran yang dari tadi diam, kaget mendapat pertanyaan itu. Ia berpura-pura tak tahu, tapi Jung Woo bisa merasakan dari reaksi Mi Ran kalau Mi Ran tahu akan rumah sakit itu.
Merasa tujuannya (agar Jung Woo mencurigai Mi Ran) sudah tercapai, Hyung Joon meminta Mi Ran untuk meninggalkan mereka berdua karena ia ingin bicara berdua dengan Jung Woo.
Setelah hanya berdua, Hyung Joon bertanya apa yang akan Jung Woo lakukan, karena ia merasa Bank Sangil dan RS Jaekyung memiliki kaitan, “Kupikir ini bukan hanya masalah rekening yang salah nama.”
Jung Woo meminta Hyung Joon untuk tak menduga-duga. Ia akan segera memeriksa hal ini. Ia akan meninggalkan Hyung Joon, tapi Hyung Joon menghentikannya dan mengajak Jung Woo untuk minum bertiga, termasuk Soo Yeon, bersama setelah kasus ini selesai.
Bukannya bertiga, tapi Jung Woo mengajak hanya minum berdua saja, karena ia penasaran mengapa Hyung Joon menyembunyikan Soo Yeon sampai sekarang. Hyung Joon berkata kalau bersembunyi itu adalah keinginan Soo Yeon sendiri, “Aku hanya menuruti keinginan Soo Yeon.”
“Kalau begitu, mulai sekarang, lakukanlah hal yang sama, apapun itu. Walau jika ia ingin menemui teman lama untuk minum atau menonton film. Jangan marah padanya seperti yang tadi kau lakukan.”
Hyung Joon tersenyum hambar dan berkata kalau yang harus mereka lakukan adalah menyelesaikan kasus ini, “Jika Soo Yeon mau, kita bertiga dapat minum bersama.”
Mendengar kata ‘bersama bertiga’ membuat Jung Woo menggumam menggerutu, “Mau gila, rasanya.” Ia pun meninggalkan Hyung Joon pergi.
Jung Woo menelepon Detektif Joon kalau ia akan pergi ke RS Jaekyung sekarang dan akan menjemput seniornya itu di kantor polisi. Hyung Joon yang mengawasi Jung Woo dari lantai 2, menelepon seseorang dan mengatakan kalau Han Jung Woo sudah mulai beraksi.
Tae Joon berada di RS. Jaekyung mendengarkan rekaman pembicaraan seorang penelepon yang ingin menemui pasien Kang Hyun Joo di kamar 302 dan dijanjikan oleh pihak rumah sakit untuk datang pada pukul 5 sore.
Tae Joon memeriksa jamnya yang sekarang sudah menunjukkan pukul lima lebih. Tapi penelepon itu belum datang juga. Tae Joon merasa suara penelepon itu seperti suara anak-anak, dan mengetahui kamar Hyun Joo dahulu.
Dokter itu ternyata adalah dokter yang bekerja sama dengan Tae Joon 14 tahun yang lalu. Tae Joon memberikan amplop uang dan mengatakan kalau sebentar lagi penelepon itu akan datang dan meminta agar tetap mengawasi ruangan 302.
Soo Yeon pergi ke tebing tempat abu Detektif Kim ditebarkan. Ia teringat betapa Detektif Kim tak membeda-bedakannya dengan Eun Soo dan berkata, “Paman, aku sudah datang. Soo Yeon.. sudah datang.”
Jung Woo dan detektif Joon datang ke RS Jaekyung dan Jung Woo melihat mobil ayahnya keluar dari rumah sakit.Kecurigaannya semakin besar.
Di rumah sakit, dokter yang tadi bertemu Tae Joon, berlagak tak tahu apa-apa saat ditanya tentang rekening yang salah nama dan memintanya untuk bertanya pada pasien yang bersangkutan.
Jung Woo langsung bertanya apakah dokter itu mengenal Han Tae Joon, karena ia baru saja melihat Han Tae Joon keluar dari rumah sakit ini. Dokter itu tergagap, menjawab kalau ia tak pernah megnenalnya. Hal ini cukup bagi Jung Woo dan ia pun mengjak Detektif Joon untuk pergi.
Di luar ia menjelaskan kalau ia tahu dokter itu berbohong. Jika mereka terus memaksa, dokter itu mungkin akan menghapus bukti yang berguna. Lebih baik mereka membuat surat penggeledahan dan menyelesaikannya saat itu juga.
Detektif Joon melihat ada daftar nama di meja dokter itu, dan menduga kalau dokter itu menjual nama-nama pasien yang sudah ditinggalkan keluarganya. Jung Woo setuju dan berkata kalau ia ingin memukuli dokter itu untuk memberinya pelajaran.
“Kenapa? Apa kau lebih baik memukuli dokter itu daripada Harry?” mendadak seniornya bertanya, membuat Jung Woo kaget. “Matamu seperti mengeluarkan laser saat kau melihat Harry bersama Zoe. Dan kau juga harus mengakui kalau wajah Harry sangatlah tampan. Wajahnya.. alis matanya..”
Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan teriakan. Mereka berdua buru-buru berlari ke arah suara itu, tak menyadari kalau ada Hyung Joon yang mengawasi mereka dari dalam salah satu ruang di rumah sakit.
Jung Woo kaget karena ada mayat yang tergeletak di jalan, dan mayat itu adalah Kang Sang Chul. Jung Woo memeriksa nadi Sang Chul yang ternyata sudah tak ada dan melihat sesuatu yang terselip di balik jas Sang Chul. Foto lama keluarganya.
Hyung Joon memperhatikan Jung Woo dari atas gedung rumah sakit. Dalam hatinya ia berkata, “Jangan membenciku. Kau, aku dan Soo Yeon. Kita bertiga seperti ini karena ayahmu, Han Tae Joon. Penyebab aslinya adalah Han Tae Joon.” 
Hyung Joon : “Han Jung Woo, katamu kau cepat, kan? Larilah… Pergi dan tangkap Han Tae Joon! Aku tak dapat pergi karena kakiku seperti ini.”
Jung Woo termenung melihat foto lama itu, dan tiba-tiba ia menyadari kalau penembak itu mungkin masih berada di sekitar mereka. Ia langsung mendongak ke atas, tapi Hyung Joon sudah menghilang. Ia malah melihat kalau ada seseorang memakai masker di ujung gedung yang lain.
Buru-buru ia mengejar dan Detektif Joon yang akhirnya juga melihatnya, mengikutinya. Mereka akhirnya berpencar. Jung Woo berhasil berhadapan dengan orang itu, tapi orang itu buru-buru lari naik ke atas gedung.
Soo Yeon menutup mata, mencoba mengingat kejadian saat ia melewati tebing itu. Lamat-lamat ia teringat kalau ia pernah menoleh ke belakang dan melihat wajah Detektif Kim walaupun samar.
Tapi ia akan berusaha, “Jika dengan mengingat kenangan buruk yang telah aku hapus, aku dapat menangkap pembunuh paman, maka aku akan melakukannya.” 
Sepertinya orang itu digunakan sebagai umpan agar Jung Woo dan Detektif Joon mengejarnya, sehingga Hyung Joon bisa turun dan keluar dengan tenang dari rumah sakit dengan mobilnya.
Soo Yeon membuka mata, dengan pandangan berbeda.
Dan Jung Woo pun sampai di atap gedung, tak menemukan satu orang pun di atas sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Templates grátis free