Detektif Kim menggali gundukan tanah dengan kedua tangannya dan ia
menemukan sweater milik Soo Yeon. Sweater hadiah yang ia berikan pada
Soo Yeon. Detektif Kim terdiam melihat benda itu. Detektif yang lain
menyuruh petugas untuk menggali lagi.
Jung Woo melempar batu ke sungai dan menghitung gelombang yang
diciptakan dari lemparan batunya sambil bergumam, “Dia datang, dia tak
datang, dia datang.” Jung Woo menatap langit sore dan tersenyum.
Detektif Kim merebut sweater itu untuk memastikan apa benda itu benar
milik Soo Yeon atau bukan. Setelah memastikan kalau benda itu milik Soo
Yeon ia marah, “Siapa yang melakukan ini?” ia membantak marah, “Siapa
yang melakukan ini?” Detektif Kim menangis memeluk sweater milik Soo
Yeon.
Teman Detektif Kim menerima telepon ia terkejut dan bertanya apa kalian
menemukannya. Dengan cepat Detektif Kim merebutnya dan bertanya pada si
penelpon, “Siapa?” Detektif Kim meninggikan suaranya, “Katakan padaku!”
Detektif Kim bertanya apa yakin kalau itu orang yang dilihat oleh saksi.
Mereka membenarkan bahwa berdasarkan kesaksian Jung Woo orang itu tak
memiliki jari manis dan memiliki catatan kriminal narkoba dan juga
pelecehan seksual.
Detektif Kim berada disuatu tempat mengintai si pelaku penculikan.
Penculik 1 mengendap-endap sambil melihat sekeliling sambil membawa
sesuatu yang ia sembunyikan. Detektif Kim mengikutinya.
Direktur Nam melapor pada Han Tae Joon kalau pertemuan dengan Pengacara
Choi berjalan lancar. Han Tae Joon menanyakan perkembangan terhadap
pencarian perawat Jung Hye Mi.
Direktur Nam berkata kalau ia memeriksa catatan panggilan telepon
Perawat Jung, “Panggilan terbanyak ditemukan disekitar rumah sakit jiwa
dimana wanita itu berada. Jadi kami sedang menyelidiki tempat-tempat
terdekat. Aku berfikir kalau mereka mempunyai tempat persembunyian di
daerah itu.”
Han Tae Joon bertanya berapa lama waktu yang Direktur Nam butuhkan untuk
mengungkap semuanya. Direktur Nam berkata kalau untuk memeriksa semua
tempat ia memerlukan waktu lebih banyak lagi.
Han Tae Joon tak peduli yang penting Direktur Nam harus menemukan
perawat Jung Hye Mi. Entah itu di stasiun kereta api, pelabuhan atau
bahkan bandara, blokir semua tempat yang memungkinkan mereka bisa
melarikan diri.
Direktur Nam mengatakan kalau kepala polisi sudah...
Belum sempat Direktur Nam mengatakannya Han Tae Joon memotong ucapannya,
apa Direktur Nam percaya pada mereka. “Apa kau tak melihat apa yang
mereka lakukan hari ini?” Ia minta Direktur Nam menyiapkan mobil
untuknya ia akan mencarinya sendiri.
Ketika Han Tae Joon akan pergi Jung Woo masuk ke ruang kerjanya. Dengan
wajah menunduk Jung Woo mengatakan kalau ia sudah pulang. Han Tae Joon
mencibir kalau apa yang dilakukan Jung Woo tadi adalah tindakan bodoh
(menyerahkan diri pada polisi). Jung Woo menunduk minta maaf.
Jung Woo menatap ayahnya dan berkata kalau ia ingin menanyakan satu hal.
Tapi Han Tae Joon sedang tak ingin bicara dengan putranya, ia akan
berlalu dari ruang kerjanya tapi pertanyaan Jung Woo menghentikan
langkahnya. Jung Woo bertanya dimana penculik yang ayahnya tangkap hari
itu.
Han Tae Joon sedikit terkejut dnegan pertanyaan putranya, begitu pula
dengan Direktur Nam. Jung Woo mengatakan kalau ia mendengar terjadi
kebakaran di gudang tempatnya disekap. Jung Woo berkata kalau polisi tak
bisa menemukan apa-apa karena semuanya sudah terbakar dan pelaku yang
satunya lagi melarikan diri. Jadi dimanakah orang yang ayahnya tangkap.
“Aku gagal menangkapnya.” sahut Direktur Nam.
“Apa?” Jung Woo kaget.
Direktur Nam sejenak menatap Presdirnya dan berkata pada Jung Woo kalau
ketika itu ia pergi untuk mencari teman Jung Woo (Soo Yeon) tapi terjadi
kebakaran disana. Han Tae Joon menyela Direktur Nam tak perlu menjawab
pertanyaan Jung Woo, kirim saja Jung Woo ke Amerika atau rumah sakit
jiwa agar ia tak perlu melihat Jung Woo lagi.
Jung Woo akan mengejar ayahnya tapi Dir Nam menahannya. Ia menyarankan
sebaiknya Jung Woo tinggal di Amerika untuk sementara waktu. Tak peduli
apa yang dikatakan Presdir ia akan mencari teman Jung Woo.
(ya ampun aku bingung deh sama Direktur Nam ini, omongannya serius ga
ya)
Jung Woo heran, “Kau bilang terjadi kebakaran saat kau ke gudang itu
kan?”
Dir Nam membenarkan mungkin pelaku yang satu lagi yang melakukan itu.
“Kenapa apa polisi menemukan sesuatu?” wajah Dir Nam tampak tegang.
“Tidak....” jawab Jung Woo membuat Dir Nam merasa lega. Dir Nam permisi
dan menyuruh Jung Woo istirahat.
Jung Woo melihat sekeliling ruang kerja ayahnya, ia mendekat ke arah
meja kerja ayahnya dan memandang foto dirinya terpasang di samping foto
ayahnya. Jung Woo mendekatkan fotonya agar lebih dekat lagi dengan foto
ayahnya.
Panculik 1 masuk ke sebuah ruangan, ternyata di ruangan itu penculik 2
sudah menunggu. Penculik 2 bertanya apa temannya ini membawa barang
titipannya. Penculik 1 menyerahkan bungkusan kepada penculik 2, isinya
tentu saja barang haram yang namanya narkoba.”
Penculik 1 kesal apa temannya ini akan menjadi orang gila. Penculik 2
tak menanggapi pertanyaan temannya, ia meminta temannya membawakan bir
untuknya dan juga jangan lupa bawakan wanita.
Plok... Kepala penculik 2 digaplok. Penculik 1 makin kesal apa temannya
ini tak bisa membedakan antara kotoran dengan pasta kacang kedelai.
Penculik 2 bertanya apa temannya ini tahu berapa harga barang ini.
Penculik 1 mencengekeram baju temannya dan memperingatkan jangan pernah
membuat kesalahan, “Kalau kita tak mengikuti perintah mereka kita berdua
akan mati. Penculik 2 berkata kalau ia akan mengikuti perintah mereka
jadi cepat bawakan wanita cantik untuknya sebelum ia membocorkan
rahasianya.
Tiba-tiba pintu terbuka, Detektif Kim masuk mengagetkan keduanya dan
langsung mengunci pintu. Penculik 1 langsung menyembunyikan narkoba yang
dibawanya tapi si penculik 2 merebut barang itu.
Dengan wajah yang masih menampakan keterkejutan penculik 1 bertanya
siapa Detektif Kim. Dengan tenang Detektif Kim mengatakan kalau ia
ayahnya Soo Yeon dan bertanya dimana Soo Yeon.
Karena tak ada jawaban Detektif Kim hilang kesabaran, ia langsung
menendang si penculik 1 kuat-kuat. Detektif Kim yang marah langsung
membalikkan meja dan membuat semua yang ada di atas meja berhamburan.
Penculik 2 ia pun mencari sesuatu yang terjatuh.
Detektif Kim mencekik dan menahan tubuh penculik 1 ke tembok. Dengan
keras ia kembali menendang kaki dan memborgolnya.
Penculik 2 yang sibuk mencari sesuatu akhirnya menemukan pisau kecil
untuk melawan Detektif Kim. Ia mengarahkan pisau itu kearah Detektif
Kim. Ia tersenyum seolah akan menang karena ia menggunakan senjata.
Penculik 2 menilai kalau Detektif Kim orang gila kareba setahunya ayah
anak itu sudah mati. Penculik 1 yang sudah kesakitan karena siksaan dari
Han Tae Joon berkata kalau ia akan menyerahkan diri.
“Menyerahkan diri? tentu saja. Memangnya kenapa kalau aku menyentuh anak
itu? penculikan dan pelecehan seksual, berapa lama aku akan dipenjara? 7
tahun?” Kata penculik 2 menerka hukumannya sambil mengayunkan pisau.
Detektif Kim kembali bertanya dimana Soo Yeon.
Penculik 2 : “Lihat? Aku mengkonsumsi narkoba. Karena aku dalam keadaan
tak sadar, hukumanku akan diturunkan menjadi 3 tahun. Atau dua tahun?”
Tiba-tiba dengan cepat Detektf Kim menarik tangan penculik 2 dan
menjatuhkan pisaunya. Dengan sekuat tenaga ia membanting penculik 2 itu
ke kursi. Ia kembali bertanya, “Dimana Soo Yeon? Dimana Soo Yeon
brengsek?”
Detektif Kim menendang perut penculik 2.
Tak hanya menendang ia pun memukulinya. Ia menarik tangan si penculik 2
akan memborgol dan melihat kalau pria ini tak memiliki jari manis di
tangan kanannya. Ia pun akhirnya tahu kalau pria inilah yang melakukan
pelecehan terhadap Soo Yeon.
Detektif Kim sangat marah, ia kalap dan menendang area pribadi milik si
penculik 2 berkali-kali. Penculik 2 kesakitan teramat sangat. Detektif
Kim yang sangat marah terus menendang. Penculik 1 yang ketakutan memohon
Detektif Kim jangan membunuh temannya.
Detektif kim memukuli si penculik 2, “Apa ini sakit? Apa ini sakit?”
Bentaknya terus memukul dan menendang.
Terbayang dalam ingatan Detektif Kim betapa kehidupan Soo Yeon sangat
menderita dengan identitas sebagai putri seorang pembunuh ditambah lagi
Soo Yeon mengalami pelecehan seksual. Ia terus meluapkan kemarahannya
dengan memukul dan menendang si pelaku.
Detektif Kim menarik penculik 2 itu ke tembok dan kembali bertanya
dimana Soo Yeon. Panculik 2 yang sudah babak belur ternyata masih belum
sadar juga. Ia malah tersenyum meremehkan, Detektif Kim jelas marah dan
kembali akan memukul.
Si penculik 2 tersenyum sinis, “Apa kau ingin aku memberitahumu dimana
Soo Yeon? Mati. Aku melemparkannya ke laut. Karena dia berisik seperti
kau. Aku sudah membunuhnya.” kata penculik 2 tanpa rasa bersalah dan
tertawa.
Detektif Kim kaget dan tak menyangka, “Dasar bajingan...” air mata
detektif Kim mengalir mendengar si penculik 2 mengatakan kalau dia sudah
membunuh dan membuang mayat Soo Yeon ke laut.
Dibawah guyuran salju Polisi menggelar rekonstruksi di TKP tepatnya di
bendungan Soosung dimana menurut penculik 2 mayat Soo Yeon dibuang usai
dibunuh. Banyak wartawan dan warga yang melihat. Tersangka utama
menutupi wajahnya dengan masker.
Hadir ditengah-tengah warga ibu Soo Yeon yang ingin melihat langsung
proses rekonstruksi berlangsung. Ia melihat si pelaku sedang
memperagakan dengan manekin bagaimana dia melemparkan tubuh Soo Yeon.
(penasaran ibu Soo Yeon tahu dari mana ya?)
Reporter melaporkan bahwa tersangka setelah mengkonsumsi philopon dia
melakukan tindak pidana. Dia menyerahkan diri setelah melakukan
pelecehan seksual terhadap seorang gadis dan melemparkan mayat gadis itu
ke bendungan Soosung. Polisi menemukan pakaian dan sepatu korban dan
mempunyai saksi yang melihat tersangka membuang mayat korban. Di berita
juga disebutkan bahwa korban adalah putri dari Lee Tae Soo tersangka
yang sudah dieksekusi mati belum lama ini.
Jung Woo yang berada di rumah sakit menonton berita ini. Sementara
Detektif Kim menyendiri di kantor polisi melamun dengan nasib tragis
yang menimpa Soo Yeon. Kedua pria beda usia ini hanya bisa terdiam
sedih.
Tersangka memperagakan bagaimana ia melempar mayat Soo Yeon. Warga yang
melihat banyak yang menangis tak habis pikir kenapa ada orang setega
itu. Ibu yang melihat rekonstruksi langsung lemas setelah melihat
putrinya diperlakukan secara tak manusiawi.
Detektif bertanya pada tersangka bagaimana dengan pakaian korban. Dengan
santai tersangka mangatakan kalau pakaiannya ada disana, bukankah sudah
ditemukan. Dimana tanya detektif mencoba mengorek informasi. Tersangka
kembali mengatakan dengan santai disana. Detektif kesal dan menarik topi
tersangka. Detektif yang lain juga kesal karena tersangka ini bicara
tak formal pada mereka.
Rekonstruksi selesai, tersangka akan dibawa kembali ke kantor polisi.
Ibu Soo Yeon bergerak maju ingin menemui tersangka tapi petugas
kepolisian mencegahnya. Ibu mengatakan kalau ia hanya ingin bertanya
sesuatu pada si pelaku. Tapi petugas melarang membuat ibu terpaksa
mengatakan kalau ia ini ibu Soo Yeon, ibu dari korban.
Semua kamera langsung mengarah ke ibu Soo Yeon.
Detektif langsung membawa ibu Soo Yeon. Ibu memohon pada detektif itu
kalau ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada tersangka. Detektif pun
mengijinkan. Detektif memperingatkan wartawan agar jangan mengambil
gambar tapi wartawan tetap nekat mengambil gambar ibu dan si pelaku.
Ibu menatap si pelaku yang wajahnya tertutup masker. Dengan suara berat
ibu bertanya, “Kenapa kau melakukanya?” Si pelaku diam. Ibu kembali
bertanya, “Kenapa kenapa kau melakukannya?” Ibu menangis, “Kenapa kau
melakukannya, pada anak semuda itu, pada anak semalang itu, kenapa kau
melakukannya?”
Si tersangka akan pergi tapi ibu minta jawab dulu pertanyaannya sebelum
pergi, “Kenapa anakku? Kenapa harus anakku? Kenapa harus Soo Yeon
anakku? Aku tanya kenapa?”
Si tersangka diam saja. Ibu menahan tubuh si tersangka, “Kau tak
membunuhnya kan? Soo Yeon-ku masih hidup kan? Aku tak akan mengatakan
apa-apa, aku tak akan membencimu, aku tak akan menyalahkanmu, apapun
yang kau lakukan tak masalah, itu semua tak masalah aku tak akan
mengatakan apa-apa. Jadi, katakan kalau Soo Yeon masih hidup. Soo Yeon
masih hidup kan? Soo Yeon-ku belum mati kan? Jawab aku! Soo Yeon-ku
masih hidup kan?” Ibu menangis histeris.
Jung Woo yang menonton tayangan ini dari layar televisi rumah sakit ikut
sedih melihatnya. Ia memjamkan mata mencoba menahan kesedihannya.
Tiba-tiba tangan seseorang menepuknya, Hwang Mi Ran.
Hwang Mi Ran mengajak Jung Woo pulang.
Terdengar berita di televisi kalau mayat korban tak ditemukan dan ini
membuat media menjadi bingung. Terlepas dari keberadaan mayat, polisi
membawa kasus ini ke kejaksaan dan mengatakan kalau tersangka akan
dihukum berat.
Hwang Mi Ran mengingatkan Jung Woo kalau menurut pesan dokter Kim, Jung
Woo harus berangkat sekarang. Mi Ran mengatakan kalau Jung Woo sudah tak
punya waktu. Jung Woo diam tak beranjak dari tempat duduknya. Mi Ran
mulai kesal, “Bukankah sudah kubilang kita tak punya waktu.”
Dengan tubuh lemas dan tak bersemangat Jung Woo berjalan mendahului ibu
tirinya, nabrak ibu tirinya pula. Mi Ran jelas menahan kesal. Ia
mengikuti Jung Woo.
Supir membukakan pintu mobil tapi Jung Woo tak masuk ke dalamnya, ia malah berlari pergi dibawah hujan salju.
Jung Woo sampai di taman bermain ia langsung menuju ke tempat biasanya
Soo Yeon bersembunyi. Di balik perosotan. Ia berharap bisa menemukan
gadis itu disana. Tapi Jung Woo kecewa ia tak menemukan Soo Yeon. Jung
Woo menatap sedih tempat itu dan kembali menitikan air mata.
“Besok apa kau akan datang kesini lagi?” tiba-tiba bayangan Soo Yeon
muncul dan bertanya pada Jung Woo. Jung Woo menoleh dan melihat Soo Yeon
ada di hadapannya tersenyum.
Sambil menangis Jung Woo menjawab, “Tidak. Besok dan lusa dan juga hari
berikutnya aku akan datang setiap hari.” Soo Yeon tersenyum. Dan
seketika itu pula bayangan Soo Yeon ini kembali tak ada, hanya Jung Woo
sendirian di taman bermain itu.
Tiba-tiba terdengar suara dernyit ayunan. Jung Woo langsung menoleh ke
arah ayunan berharap Soo Yeon berada disana, tapi ia harus kembali
kecewa karena ayunan itu bergerak tertiup angin. (kalau emang tertiup
angin kenapa ayunan di sebelahnya ga ikut bergerak hi... takut...)
Jung Woo kembali bersedih, “Soo Yeon kau dimana? Lee Soo Yeon. Soo Yeon
kau dimana?” Jung Woo meninggikan suaranya, “Soo Yeon kenapa kau tak
menjawabku? Kenapa? Lee Soo Yeon. Soo Yeon. SOO YEON KAU DIMANA?”
Jung Woo melamun duduk di belakang perosotan. Ia mengingat apa yang
disampaikan Detektif Kim bahwa yang tersisa hanya sepatu milik Soo Yeon.
Lalu ia mengingat ucapan Direktur Nam yang mengatakan kalau Direktur
Nam mencari Soo Yeon tapi terjadi kebakaran. Ia kembali mengingat ucapan
Detektif Kim yang menebak kalau Soo Yeon sudah melarikan diri sebelum
terjadi kebakaran dan kemungkinan besar orang yang satu lagi yang
membakar dan melarikan diri dengan Soo Yeon. Tapi menurut Jung Woo itu
tak mungkin karena ayahnya sudah menangkapnya.
Jung Woo terus berfikir apalagi ketika ia menanyakan perihal orang yang
ditangkap itu ia malah mendapat jawaban yang mengejutkan dari Direktur
Nam yang mengatakan kalau dia gagal menangkap penjahat itu.
Jung Woo terus berfikir apalagi alasan Detektif Kim yang memintanya
jangan meragukan ayahnya. Ditambah lagi ayahnya pernah mengingatkan
kalau Jung Woo jangan pernah melibatkan polisi dalam masalah apapun.
Jung Woo langsung bergegas lari menuju rumahnya.
Sampai di rumah ia berpapasan dengan ibu tirinya yang menyuruh untuk
mengemasi barang-barangnya, “Ayahmu bilang akan mengirimmu ke rumah
sakit jiwa kalau kau melawannya lagi.”
Tapi Jung Woo tak peduli ucapan ibu tirinya ia masuk ke ruang kerja
ayahnya. Hwang Mi Ran yang mencoba menghalangi tapi tak berhasil Jung
Woo memaksa masuk ke ruang kerja dan menutup pintunya.
Jung Woo mengobrak-abrik semuanya, mulai dari koran sampai laci-laci
ayahnya ia geledah. Ah Reum ternyata berada di rungan itu bersamanya.
Terdengar suara dari luar Hwang Mi Ran yang cemas dengan tindakan Jung Woo.
Jung Woo akan membuka laci tapi tak bisa karena laci itu terkunci. Ia
curiga pasti di dalamnya ada sesuatu. Ia berusaha mencari kunci dan
mendapatkannya, kunci itu ada di tempat pensil.
Ah Reum yang cemas berkata kalau ayahnya akan datang dan kakaknya akan
berada dalam masalah. Jung Woo membuka laci meja kerja ayahnya dan apa
yang ia temukan...
Di dalam laci itu ada beberapa foto Detektif Kim dan berkas-berkas
tentang detektif Kim. Jung Woo tak mengerti kenapa ayahnya menyimpan ini
semua.
Apalagi yang Jung Woo temukan, ponsel miliknya. Ia tambah tak mengerti
bgaimana bisa ponselnya ada di tangan ayahnya bukankah ponsel itu habis
terbakar. Kenapa masih utuh.
Jung Woo mencoba mengaktifkan ponselnya dan ternyata masih berfungsi.
“Soo Yeon, Soo Yeon..” Jung Woo menggumamkan nama Soo Yeon sambil
menangis. Melihat kakaknya menangis Ah Reum ikut sedih.
Tiba-tiba ponsel Jung Woo berdering. Jung Woo kaget dan diam tak segera
menjawabnya. Ia tak percaya tiba-tiba ponselnya langsung ada yang
memanggil.
“Kakak ada panggilan masuk!” sahut Ah Reum.
Tangan Jung Woo gemetaran menjawab panggilan itu, ia mendekatkan ponselnya ke telinga. “Ha.. lo...” suara Jung Woo gemetaran.
“Jung Woo... Han Jung Woo...” Terdengar suara seorang wanita dari seberang sana.
“Soo Yeon...!” Jung Woo langsung mengenali suara Soo Yeon. “Soo Yeon apa ini kau?” Jung Woo menangis tak percaya.
Tiba-tiba ada yang mengambil paksa ponsel Jung Woo dan memutus sambungan teleponnya. Jung Woo menatapnya kaget.
“Apa yang kau lakukan? Apa kau mau membunuh kita semua?” Perawat Jung
mendorong seorang anak perempuan hingga terjatuh karena menggunakan
teleponnya untuk menghubungi Jung Woo.
Soo Yeon ternyata selamat, Perawat Jung tak menabraknya. Tapi wajah Soo
Yeon yang penuh luka diperban.
Hyung Joon merangkak mendekat ke arah Soo Yeon. “Apa kau terluka?” Hyung Joon mengkhawatirkan Soo Yeon.
Jung Hye Mi menarik Hyung Joon dan berkata kalau mereka tak bisa
tertangkap oleh Han Tae Joon hanya karena Soo Yeon, bukankah ia sudah
bilang agar tak membawa Soo Yeon. Ia menarik Hyung Joon untuk bangun
tapi Hyung Joon menolak. Ia memeluk melindungi Soo Yeon. Hyung Joon
memohon agar Hye Mi menyelamatkan Soo Yeon karena Soo Yeon juga pernah
menyelamatkannya. Soo Yeon diam saja.
Jung Woo meminta ponselnya dikembalikan karena yang barusan bicara
dengannya itu Soo Yeon. Ternyata yang merebut ponsel Jung Woo adalah
ayahnya.
Han Tae Joon mengingatkan putranya kalau Soo Yeon sudah mati.
Jung Woo menolak anggapan ayayhnya karena ia meyakini Soo Yeon masih
hidup. Ia yakin Soo Yeon akan meneleponnya lagi, jadi berikan ponsel itu
padanya.
Jung Woo berusaha mengambil ponselnya tapi Han Tae Joon menepis tangan putranya. “Bagaimana bisa orang yang mati meneleponmu?”
Jung Woo berkata kalau ia harus menjawab telepon dari Soo Yeon. Ia
memohon pada ayahnya karena Soo Yeon masih hidup. Karena terlalu banyak
bicara Han Tae Joon marah dan memukul wajah putranya.
Ah Reum terkejut melihat ayahnya marah dan bergerak mundur sambil
memeluk boneka beruangnya.
Han Tae Joon menilai putranya sudah gila. Jung Woo menatap ayahnya,
“Ayah apa kau benar-benar berfikir begitu? Apa ayah benar-benar berfikir
kalau aku sudah gila? Aku mendengar suara Soo Yeon. Itu benar-benar Soo
Yeon. ‘Jung Woo, Han Jung Woo’ berikan padaku, aku harus mengatakan
sesuatu pada Soo Yeon. Kumohon berikan padaku.”
Air mata Jung Woo mengalir deras di pipinya, “Kalau Soo Yeon mati
bukankah ayah bilang itu kesalahanku. Kalau Soo Yeon mati akulah orang
yang membunuhnya. Bagaimana bisa kau hidup seperti ini?”
Ah Reum ikut menangis melihat kakaknya menangis, ia berusaha membela kakaknya. “Itu benar ayah kakak menerima telepon.”
Han Tae Joon murka dan membentak menyurh kedua anaknya diam sambil
membanting ponsel Jung Woo. Melihat kemurkaan ayahnya tangis Ah Reum
semakin keras karena ketakutan.
Mi Ran masuk ke ruang kerja suaminya ia langsung memeluk putrinya. Han
Tae Joon menyuruh istrinya memanggilkan dokter Kim agar membawa Jung Woo
ke rumah sakit. Mi Ran mengerti ia akan melakukanya. Mi Ran keluar dari
ruang kerja suaminya sambil memeluk Ah Reum yang terus menangis.
Jung Woo menatap ponsel yang dibanting ayahnya, kemudian ia menoleh
menatap ayahnya. “Sejak awal ayah tak mencoba untuk mencari Soo Yeon
kan? Sejak awal ayah tak ingin mencarinya kan? Janji kalau ayah akan
menemukan Soo Yeon itu semua bohong kan?”
Jung Woo meninggikan suaranya, “Meskipun Soo Yeon masih hidup, ayah tak
ingin menemukannya kan?”
Han Tae Joon membenarkan ucapan putranya, “Benar. Kenapa aku harus
mencarinya? Putri seorang pembunuh, kenapa aku harus terlibat dengan
orang-orang sampah itu? Apa kau pikir aku membiarkanmu tinggal disini
agar menjadi seperti ini?”
Han Tae Joon memberikan Jung Woo kesempatan terakhir lebih baik Jung Woo
segera mengemasi barang-barang dan berangkat ke Amerika.
Jung Woo menatap marah ia memungut ponselnya dan berdiri di depan ayahnya, “Ayah. Kau bilang kau hanya percaya padaku kan?”
Han Tae Joon : “Itu benar, aku tak percaya siapapun. Han Jung Woo, aku hanya percaya padamu.”
Jung Woo : “Jangan percaya padaku. Karena sekarang aku tak percaya pada ayah.”
Jung Woo meninggalkan ruang kerja ayahnya, ia mengabaikan panggilan
ayahnya. Jung Woo ke kamarnya mengambil buku harian Soo Yeon dan keluar
dari rumah. Han Tae Joon menyuruh putranya berhenti, ia mengancam kalau
Jung Woo meninggalkan rumah sekarang Jung Woo tak akan bisa kembali
lagi. Tapi Jung Woo tak peduli, ia terus berjalan keluar mengabaikan
ancaman ayahnya.
Di depan pagar rumahnya Jung Woo berhenti dan menoleh ke arah rumah yang
akan ia tinggalkan. Ia sudah mengambil keputusan dan berlari menuju
suatu tempat. (apa Jung Woo meninggalkan rumah untuk mencari keberadaan
Soo Yeon?)
Di kantor polisi Detektif Kim ngamuk-ngamuk. Ia mengancurkan beberapa perlengkapan kantor seperti komputer dan yang lainnya.
Atasan Detektif Kim datang dan marah-marah melihat kelakuakn detektif
Kim. Ia meninggikan suaranya tak mengerti kenapa Detektif Kim ngamuk
seperti ini bukankah hasil penyelidikan sudah keluar, kenapa Detektif
Kim bersikap seperti ini karena kasus ini sekarang dibawa ke kejaksaan
bukan ditangan kepolisian lagi. Kasus Lee Soo Yeon sudah selesai kata
kapten polisi.
Detektif Kim ikut mengeraskan suara mengatakan kalau masalah ini belum
dimulai apa maksud atasannya dengan mengatakan kalau ini sudah selesai.
Apa atasannya ini menangani kasus ini dengan baik. Apa atasannya ini
ingin melihat hasil yang sebenarnya.
Detektif Kim kembali mengamuk menghancurkan komputer dan ini jelas
membuat atasannya makin marah, “Hei Kim Sung Ho kau dipecat!” bentak
atasan Detektif Kim.
Detektif Kim menendang kursi ia membuang pistol dan tanda pengenalnya,
ia juga melempar surat pengunduran dirinya, “Aku berhenti menjadi
detektif karena aku merasa malu. Kalau tersangka berkata ‘aku
membunuhnya’ apa itu berarti korban benar-benar mati? Bukti, keadaan dan
petunjuk kasus, apa itu tak ada gunanya? Kalau dia mengatakan dia
membunuh Soo Yeon apa itu berarti Soo Yeon mati? Apa Soo Yeon berarti
sudah mati? Yang mengatakan kalau Soo Yeon sudah mati silakan maju.”
Bentak detektif Kim. “Maju kalian semua.”
Semuanya diam.
Detektif Kim : “Orang yang tahu kebenaran tapi mengabaikannya itulah
orang yang lebih buruk, kalian semua tak berhak meminta maaf pada Soo
Yeon. Aku akan menemukan Soo Yeon. Aku akan memastikan menemukannya dan
menunjukannya di depan kalian.”
“Paman...?” Jung Woo sampai di kantor polisi dengan nafas terengah-engah karena lari dari rumah.
Di hadapan detektif Kim, Jung Woo menangis mengatakan kalau Soo Yeon
masih hidup. Detektif Kim ikut menangis dan berkata kalau ia tahu itu,
ia juga meyakini hal yang sama.
“Dia benar-benar masih hidup.” ucap Jung Woo sambil menangis.
“Aku tahu itu.” ucap Detektif Kim dengan air mata yang tak tertahan
lagi.
Jung Woo berlutut sambil menangis ia memohon agar Detektif Kim menemukan
Soo Yeon. “Paman, aku percaya padamu. Paman, aku percaya pada kalian
semua!” Jung Woo menatap semua detektif yang ada di ruangn itu.
“Kalian bisa menemukannya kan? Kumohon temukan dia. Aku harus mengatakan
sesuatu pada Soo Yeon. Tolong temukan dia. Soo Yeon, Soo Yeon, aku
merindukannya.”
Detektif Kim menepuk pundak Jung Woo yang menangis dan memeluknya.
Keadaan Lee Soo Yeon benar-benar terpuruk, ia hanya bisa duduk diam
meratapi nasibnya. Hyung Joon setia berada di samping menguatkannya.
Hyung Joon terus mengganggam tangannya.
Jung Hye Mi bertanya pada Hyung Joon mau pergi tidak. Hyung Joon bimbang
ia tak bisa eninggalkan Soo Yeon disini dalam keadaan seperti ini.
Hye Mi menarik paksa kalung Hyung Joon hingga lepas dari leher Hyung
Joon.
“Demi ibumu aku sudah berbuat banyak untukmu. Kau yang menyebabkan semua
ini. jangan membenciku.” Hye Mi akan meninggalkan Hyung Joon dan Soo
Yeon disana dengan membawa tas besar yang berisi uang.
Hyung Joon berkata kalau kalau kalung itu tak ada gunannya, “Kau hanya
bisa mendapatkan uangnya setelah aku berusia 18 tahun. Ibu bilang tanpa
aku uang itu tak bisa dicairkan.”
Hyung Joon mengancam kalau Soo Yeon tak ikut pergi dengannya ia juga tak akan pergi. Hye Mi menjatuhkan tasnya tak jadi pergi.
Hyung Joon menatap Soo Yeon yang dari tadi hanya diam saja. Ia mengambil
koran dan menunjukan berita yang dimuat disana, “Mereka bilang kau
sudah mati. Kalau kau tak percaya bacalah!” Soo Yeon diam saja.
Hyung Joon : “Dasar bodoh. Kau harus bangun supaya kau bisa ikut dengan
kami. Foto ini benar kau kan? Lee Soo Yeon, benar kan? Lihat dengan
baik. Disini tak ada nama Han Jung Woo. Apa sekarang kau mengerti kenapa
Jung Woo menutup teleponnya. Dia tak menunggumu, dia bahkan tak
mencarimu.”
Soo Yeon menatap fotonya di koran yang memberitakan kalau ia sudah meninggal.
Soo Yeon menitikan air mata, “Tidak....” Soo Yeon tak setuju anggapan Hyung Joon kalau Jung Woo mengabaikannya.
Hyung Joon : “Lalu kenapa kau disini. Dia mengabaikanmu,”
“Tidak...” jerit Soo Yeon sambil menangis.
Hyung Joon kembali mengatakan kalau Jung Woo sudah menelantarkan Soo
Yeon, “Kalau dia tak datang meski kau telah menunggunya itu berarti dia
memang telah menelantarkanmu.”
Soo Yeon menjerit sekencang-kencangnya memukuli dirinya sendiri dan
teringat kejadian buruk yang ia alami. Bahkan Jung Woo meninggalkannya
disaat-saat terburuk dalam hidupnya. Hyung Joon ikut menangis
melihatnya.
Dan inilah adegan yang seperti di teaser.
Han Jung Woo (Park Yoochun) berlari kencang. Lee Soo Yeon (Yoon Eun Hye) yang ketakutan langsung memeluknya.
Jung Woo menggenggam tangan Soo Yeon erat dan menariknya lari
bersamanya, “Lee Soo Yeon kali ini jangan pernah lepaskan tanganku.”
Hyung Joon (Yoo Seung Ho) menangis pilu...
Terdengar suara tembakan, Han Jung Woo jatuh terkapar dengan linangan air mata.
Aku minta maaf.
Untuk apa.
Aku menangis bukan karena sedih tapi karena angin.
Yang tergeletak ini siapa ya? bukan Jung Woo kan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar