Páginas

Minggu, 05 Januari 2014

Sinopsis I Miss You Episode 15 - 2


Jung Woo dan Ah Reum tiba di rumah. Ini pertama kalinya Jung Woo akan menginjakkan kakinya di rumahnya sendiri setelah 14 tahun dan Ah Reum dapat merasakan kegugupan kakaknya.

Jung Woo heran saat melihat Sekretaris Yoon dan dua orang lainnya yang hanya berdiri di depan gerbang dan tidak masuk ke dalam. Ah Reum mengatakan kalau penjagaan rumah ini sangat berlebihan karena bahkan ada penjaga yang ditempatkan di gerbang depan.
Dan kedua satpam berdasi itupun menghentikan Jung Woo yang akan masuk ke dalam, walau Ah Reum telah menjelaskan kalau Jung Woo adalah putra tertua di keluarga mereka. Mereka diperintahkan untuk melarang orang lain masuk kecuali Mi Ran dan Ah Reum.
Tapi Jung Woo menjawab pendek kalau ia adalah anak laki-laki di keluarga ini. Ia menepis tangan satpam itu dan langsusng masuk ke dalam bersama Ah Reum. Satpam itu tak berani berbuat macam-macam lagi.
Sekretaris Yoon yang sedari tadi diam, menoleh ke belakang.. Sepertinya ia pun juga termasuk orang yang dilarang masuk ke dalam rumah.
Di ruang kerjanya, Tae Joon sedang berbicara dengan seseorang, yang sepertinya terkena imbas akan peminjaman nama Park Sun Hee, berjanji untuk menghilangkan transaksi yang berkaitan dengan orang itu.
Tiba-tiba ia mendengar suara Mi Ran yang menghardik Jung Woo yang berani menginjakkan kaki ke rumah lagi.
Mi Ran yang memegangi Hyun Joo berkata kalau ayah Jung Woo sedang ada di rumah dan meminta Jung Woo untuk segera pergi. Tapi Jung Woo mengatakan kalau kedatangannya kemari adalah memang untuk menemui ayah.
Jung Woo pun menyapa Hyun Joo dengan memperkenalkan namanya, “Kudengar anda adalah Tante saya.” Tentu saja Mi Ran kaget saat mendengarnya. Buru-buru Mi Ran menarik Hyun Joo untuk masuk ke dalam kamar.
Tapi Hyun Joo malah mengulurkan tangannya pada Jung Woo untuk memberikan bunga plastik yang selalu ia pegang. Jung Woo terkejut, namun senang karena menyangka ‘tantenya’ itu memberikan bunga itu padanya.
Tapi ternyata Hyun Joo tak memberikan bunga itu, karena ia menarik bunga itu kembali sambil tersenyum pada Jung Woo.
Mi Ran pun buru-buru membawa Hyun Joo masuk ke dalam kamar, berbarengan dengan Tae Joon yang keluar dari kamar kerjanya. Tae Joon langsung membentak Jung Woo, menyuruhnya keluar.
Saat Jung Woo bertanya apakah ayahnya sudah bisa menghubungi Sekretaris Nam, tiba-tiba terdengar teriakan Mi Ran. Buru-buru Jung Woo masuk kamar, dan melihat Mi Ran meminta tolong padanya. 
Ternyata ada pria baju hitam yang sama dengan yang di rumah sakit, yang sedang merebut bunga plastik di tangan Hyun Joo. Melihat kedatangan Jung Woo, pria itu langsung menarik bunga itu kuat-kuat hingga lepas dari tangan Hyun Joo dan melarikan diri, membuat Hyun Joo menangisi bunga itu, “Bayi.. bayi..”
Jung Woo berhasil mengejarnya dan mereka berkelahi. Hampir saja pria itu dapat melarikan diri, namun Jung Woo mengambil batu dan melemparnya dan mengenai tengkuk pria itu hingga pria itu terjatuh dan bunga plastik itu terlepas dari tangannya.
Tak disangka, Ah Reum keluar dari dalam rumah karena mencemaskan Jung Woo. Pria itu langsung menarik Ah Reum dan menjadikannya sebagai sandera. Jung Woo mengeluarkan pistolnya, namun ia belum berani menembak karena Ah Reum.
Pria itu menggunakan keragu-raguan Jung Woo untuk melarikan diri. Hanya sepersekian detika, ia mendorong Ah Reum dan memungut bunga plastik itu, dan langsung melarikan diri.
Setelah memastikan kalau Ah Reum baik-baik saja, ia segera mengejar pria baju hitam itu hingga gerbang rumah. Tapi pria itu sudah menghilang. Hanya ada dua satpam yang pingsan di depan gerbang.
Dan pria itu muncul di hadapan Harry dan meletakkan bunga plastik itu di atas meja. Tapi Harry tak melirik bunga itu sedikitpun. Dengan muram ia berkata pada pria itu, “Zoe meninggalkanku. Bawa Zoe kembali padaku.”
Di butik, Soo Yeon mulai sibuk bekerja. Tapi perhatiannya terpecah saat mendengar suara langkah Harry. Ia menoleh ke arah suara itu, yang ternyata adalah suara kaki seorang pegawai yang sedang membawa tongkat. Ingatannya kembali pada Harry dan ia sudah membuka nomor telepon Harry untuk meneleponnya.
Tapi assisten manajer butik memanggilnya karena ada kiriman paket untuk Zoe. Soo Yeon meminta agar kiriman itu ditaruh saja di atas meja di ruang kerjanya. Belum sempat bertanya lebih lanjut lagi tentang pengirim barang itu, Soo Yeon melihat Eun Joo masuk.
Soo Yeon langsung menunduk dan menyapanya gugup, membuat Eun Joo heran dan bergumam, “Kenapa gugup?”
Soo Yeon membawa Eun Joo ke ruang kerjanya. Sambil melihat-lihat ruangan itu, Eun Joo bertanya darimana Zoe tahu tentang 280 langkah dari lampu jalan menuju rumahnya?  Soo Yeon menjawab pendek kalau ia pernah mendengarnya.
“Aku juga telah mendengar kalau kau hanya pernah mendengarnya. Karena aku berani bertaruh kalau Soo Yeon pun bahkan sudah melupakannya,” ujar Eun Joo sambil mengamati meja kerja Zoe, desain yang dibuatnya, dan coret-coretan lingkaran yang ada di buku Zoe.
Lingkaran yang juga digoreskan Soo Yeon di dinding tangga 14 tahun yang lalu.
Ia menatap curiga pada Zoe, yang walau gugup mencoba bersikap ramah padanya. Melihat Eun Joo melirik meja kerjanya, ia menawari Eun Joo untuk mencoba salah satu baju desainnya. Kalau Eun Joo suka, ia akan memberikannya sebagai hadiah. Kenapa? Karena Jung Woo telah bersikap baik padanya dan Eun Joo merupakan keluarga Jung Woo.
Eun Joo bertanya sekali lagi apakah Zoe bukan Soo Yeon? Saat Soo Yeon menjawab tidak, Eun Joo berkata kalau jawaban itu melegakannya. Karena jika Zoe adalah Soo Yeon, dan Soo Yeon ternyata hidup enak seperti ini, Eun Joo merasa sama sekali tidak adil. Ayahnya meninggal dunia saat mencari Soo Yeon.
“Soo Yeon, anak itu.. Memikirkan dirinya bernafas saja sudah membuatku marah. Apalagi jika ia hidup dengan baik. Kurasa aku akan semakin marah dan membuatnya lebih membencinya,” kata Eun Joo geram, membuat Soo Yeon menunduk diam, “Karena kau bukan dirinya, kurasa tak ada alasan lagi bagiku untuk menemuimu lagi.”
Eun Joo pun pergi meninggalkan Soo Yeon. Soo Yeon ingin mengejarnya, tapi ragu.
Hmm.. satu alasan lagi untuk tak menjadi Soo Yeon.
Setelah kehilangan pria berbaju hitam itu, Jung Woo menemui ayahnya. Ia memberitahu kalau ia tak menemukan jejak dari pria itu. Dan karena ia menduga kalau ayahnya tak akan melaporkan kejadian ini pada polisi, maka ia minta agar pengamanan dibuat lebih ketat lagi.
Ia pun menunjukkan gambar foto keluarga yang sempat ia simpan di handphone dan memberitahu kalau foto ini ia temukan dari mayat Sang Chul, “Aku pikir Ayah pasti sudah tahu akan kematian Sang Chul, kan? Kenapa pembunuh Sang Chul itu mengungkit sesuatu yang terjadi 14 tahun yang lalu? Aku merasa Ayah pasti juga sudah tahu alasannya. Aku ingin Ayah memberitahukanku rahasia yang Ayah simpan selama 14 tahun ini.”
Tae Joon menatap anaknya dengan pandangan meremehkan, tapi Jung Woo tetap melanjutkan, “Pelaku 14 tahun yang lalu, adalah sama dengan pembunuh Sang Chul dan itu berarti keluarga kita dalam bahaya. Ayah harus memberitahu rahasia itu agar aku dapat menangkapnya.”
“Menangkapnya? Siapa? Kau?” tanya Tae Joon sinis, “Setelah orang itu lepas tepat di depan matamu, kau masih punya nyali untuk mengatakan hal itu?” Tae Joon menelepon anak buahnya untuk menyeret Jung Woo keluar.
“Ayah! Dia akan datang untuk membunuh Ayah,” teriak Jung Woo khawatir.
“Membunuhku? Siapa yang berani menyentuhku?” bentak Tae Joon pada anaknya. “Aku ini Han Tae Joon!”
Jung Woo merasa frustasi melihat kesombongan ayahnya. Ia mencoba meyakinkan ayahnya kalau pelaku itu tak main-main karena pelaku itu melemparkan mayat Sang Chul persis di hadapannya. Bahkan ia sedikit mengancam ayahnya, kalau ayahnya tak memberitahukan rahasia itu, ia tak punya pilihan lain selain mencurigai ayahnya.
Bukan rahasia yang didapat, tapi malah tamparan di pipi dan sebutan orang gilalah yang didapatkan Jung Woo. Sia-sia saja Jung Woo mengatakan dugaannya kalau Sang Chul bukanlah orang terakhir yang akan kehilangan nyawanya. Ayahnya tetap keras kepala  dan menyuruh satpam untuk membawanya pergi.
Tapi Jung Woo masih belum mau pergi. Ia melepaskan diri dari cengkeraman para satpam itu dan berkata, “Ayah tak dapat merahasiakan hal ini selamanya, karena aku akan memastikan untuk mencari tahu apa sebenarnya yang Ayah sembunyikan.”
Soo Yeon mengamati jepit jemuran yang semalam Jung Woo sematkan di rambutnya. Ia teringat akan Detektif Kim yang merebut jepit rambutnya 14 tahun yang lalu kata-kata Eun Joo yang mengatakan kalau ayah Eun Joo meninggal karena mencari Soo Yeon. Ia pun menelepon Jung Woo.
Jung Woo yang hatinya kacau setelah pertengkaran dengan ayahnya, melihat telepon masuk dari Soo Yeon. Ia menarik nafas, menenangkan hatinya dulu sebelum menyapa Soo Yeon dengan riang.
Soo Yeon berkata kalau ia ingin membaca catatan kecelakaan detektif Kim dan bertanya apakah Jung Woo dapat memberikan catatan itu padanya? Sejak pagi tadi sebenarnya ia ingin menanyakan hal ini, tapi urung ia lakukan karena kehadiran Ah Reum.
Jung Woo meminta Soo Yeon untuk tak buru-buru mengingatnya. Tapi Soo Yeon berkata kalau ia teringat hal itu karena ia melihat jepit jemuran itu, “Saat aku mengingat kecelakaan itu dan saat kita dapat menangkap pembunuhnya, kupikir saat itu aku bisa pulang ke rumah.”
Hati Jung Woo yang mulanya kacau karena ayahnya, langsung berbunga-bunga mendengar kata-kata Soo Yeon, “Benarkah? Kau sudah berjanji, oke? Aku akan membawa semua catatan kecelakaan itu kepadamu,” Jung Woo tersenyum dan melanjutkan, “Dan aku juga akan membawakan ddukboki, sosis dan soda kesukaanmu.”
Soo Yeon terkejut mendengar rahasianya keluar dari mulut Jung Woo. Ia langsung menebak kalau Jung Woo pasti membaca buku hariannya dan hal ini membuatnya sangat malu, “Kembalikan padaku sekarang juga!” seru Soo Yeon merajuk.
“Itu tergantung dari sikapmu,” goda Jung Woo, “Aku akan menemuimu nanti. Tunggu aku, ya..”
Aishh .. cara Jung Woo mengatakan tunggu aku (kidalyeoooo…) membuat Soo Yeon tersenyum, karena nadanya benar-benar sok imut.
Jung Woo menutup telepon dengan perasaan yang jauh lebih baik. Namun mungkin hari ini sudah ditakdirkan sebagai hari jungkirbalik Jung Woo, karena sebelum ia masuk mobil, ada telepon dari Detektif Joo yang mengatakan kalau mereka menemukan mayat Sekdir Nam di tepi sungai Susom.
Jung Woo buru-buru menuju ke tempat yang diberitahukan. Dan di sana sudah banyak polisi yang mengamankan lokasi kejadian. Menurut bagian forensik, mobil Sekdir Nam sudah penuh air, tapi mayat Sekdir Nam kaku karena formalin (yang digunakan untuk mengawetkan mayat).
Detektif Joo menambahkan dugaannya kalau Sekdir Nam mati karena ditenggelamkan, tapi kemudian mayatnya dimasukkan dalam mobil. Ia juga setuju akan dugaan Jung Woo yang mengatakan kalau mayat Sekdir Nam dimasukkan ke dalam mobil karena takut mayatnya tak ditemukan oleh mereka.
Detektif Joo mendesah karena dengan tewasnya Sekdir Nam, uang Michelle Kim juga melayang pergi. Dan ia berani bertaruh kalau sekarang Harry pasti marah, karena polisi tak dapat menangkap Sekdir Nam (sebelum Sekdir Nam mati).
Namun jawaban Jung Woo tak diduga oleh Detektif Joo. Menurut Jung Woo, pembunuhan ini adalah pembunuhan berantai, “Tempat ini adalah tempat dimana Kang Sang Deuk memberi kesaksian palsu kalau ia telah membunuh Soo Yeon. Begitu pula dengan kematian Sang Chul. Orang itu meninggalkan mayat Sekdir Nam di sini agar aku bisa melihatnya.”
Detektif Joo bertanya apakah pelakunya adalah orang yang sama dengan orang yang tak berhasil mereka tangkap beberapa hari yang lalu? Detektif Joo semakin kaget, karena selain Jung Woo mengiyakan, Jung Woo bahkan memberitahukan kalau orang itu pergi ke rumah ayahnya namun ia  tak berhasil menangkap orang itu.
“Semuanya harus berakhir sampai di sini,” tegas Jung Woo. Ia meminta untuk memeriksa mayat Sekdir Nam dulu sebelum mayat itu dibawa ke dalam ambulans.
Hmm, jika ini menurut Jung Woo ini adalah pembunuhan berantai, maka mungkin ada bukti yang terdapat pada tubuh Sekdir Nam seperti foto keluarga yang terselip di tubuh Sang Chul.
Jung Woo dan seniornya pun mulai memeriksa tubuh Sekdir Nam. Mulanya mereka tak menemukan apapun, dan Detektif Joo berkata kalau ini pelaku pembunuhan ini bukanlah satu orang yang berarti bukan pembuhuan berantai. Tapi Jung Woo tetap yakin, karena ada perubahan kesaksian dari Bibi Choi.
Handuk basah itu bukanlah perbuatan Bibi Choi. Pembunuhnya menggunakan air untuk membunuh, “Handuk basah digunakan untuk membunuh Sang Deuk, air juga digunakan untuk menyiksa Sang Chul. Dan tenggelam adalah penyebab kematian ini. Kemungkinan ini pembunuhan berantai sangatlah tinggi. Aku yakin ada sesuatu di mayat ini.”
Dan benar saja karena Jung Woo melihat sekilas ada benda kecil yang ada di mulut Sekdir Nam. Menggunakan pinset, dengan hati-hati ia mengambil barang itu.
Dan ternyata benar. Ada memory card yang terbungkus plastik tersimpan di mulut Sekdir Nam. Bingo!
Di kantor, seluruh tim dan Jung Woo melihat apa isi memory card itu. Ternyata isi memory card itu adalah daftar transaksi gelap dari Bank Sangil.
Dan ada satu yang menarik perhatian mereka. Ada transaksi uang sebesar 70 juta won untuk Kepala polisi mereka, Yang Seung Pyo.
Jung Woo teringat akan dokumen kepolisian yang jatuh saat ayahnya menamparnya dengan amplop di lobi kantor dulu. Dokumen itu adalah dokumen yang dikeluarkan oleh kantor tempatnya bekerja. Dan ia pun tahu siapa kaki tangan yang ditempatkan ayahnya di kepolisian. Pantas saja waktu itu ayahnya mengatakan kalau Jung Woo tak akan pernah bisa menemukan Lee Soo Yeon.
Semua rekan kerja bingung menghadapi masalah pelik ini. Jika dokumen ini mereka ungkap, pekerjaan mereka yang akan menjadi taruhannya. Atasannya juga menyadari hal ini, dan ia mengajak Jung Woo keluar untuk bicara berdua saja.
Tapi Jung Woo tak mau. Ia tahu apa yang akan dibicarakan oleh atasannya, dan ia ingin bicara di sini saja. Jung Woo menyadari kalau ayahnya bisa akan ditahan karena foto keluarga dan memory card ini.
Kedua rekan sekerja Jung Woo kaget saat mereka akhirnya tahu kalau Jung Woo adalah anak pemilik Bank Sangil.  Atasannya mengkhawatirkan Jung Woo jika ayahnya nanti ditahan. Tapi menurut Jung Woo, ayahnya pasti sudah menghapus semua bukti yang ada sehingga akan susah menginterogasi ayahnya apalagi menangkapnya.
Tapi yang paling penting, sekarang mereka tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh si pelaku. Target sebenarnya dari pelaku itu adalah ayahnya, Han Tae Joon. Ia tahu kalau ia akan dibebastugaskan dari kasus ini, namun ia berharap agar tim mereka tetap menyelidiki kasus ini hingga selesai.
Tiba-tiba kaki tangan Tae Joon, yaitu Kepala Polisi, masuk ke dalam ruangan. Ia melihat namanya ada di daftar yang ada di proyektor dan ia bertanya apakah Jung Woo yang membujuk Bibi Choi mengubah pengakuannya? Ia sangat marah karena sekarang mereka harus melakukan investigasi ulang akan kasus ini.
Jung Woo menjelaskan kalau kasus kematian Kang Sang Deuk, Kang Sang Chul dan Sekdir Nam adalah kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh satu orang. Maka ia meminta kepala polisi untuk menambahkan orang untuk mengusut kasus ini.
Bukannya menyetujui saran Jung Woo, kepala polisi malah akan mengalihkan tugas penyelidikan ini pada tim lain. Atasan Jung Woo kali ini yang buka suara, “Bagaimana mungkin kami menyerahkan kasus ini pada tim lain, sementara kamilah yang selama ini menyelidikinya?”
Kepala Polisi beralasan karena Jung Woo yang merupakan anak Tae Joonlah yang menyebabkan tim ini harus melepaskan kasus pembunuhan ini. Maka Jung Woo mengusulkan kalau hanya dia sendiri yang akan keluar dari tim penyidik. Tapi Kepala Polisi tetap menyuruh mereka mengalihkan kasus ini pada tim lain tanpa memberitahukan alasan yang lain.
Ia buru-buru keluar, tapi Jung Woo mengejarnya. Atasannya yang sudah tahu tabiat Jung Woo mencoba mencegahnya tapi ia kalah cepat karena Jung Woo sudah berhasil menghadang kepala polisi. Kericuhan ini pun menarik perhatian rekan polisi yang lainnya. 
Jung Woolah yang mengatakan alasan kepala polisi mengalihkan kasus ini, sebenarnya adalah untuk menyembunyikan kebusukan yang telah ia lakukan selama ini? Bukankah namanya juga muncul di daftar itu? Kepala polisi meminta Jung Woo untuk tak mengambil kesimpulan dari hal yang belum tentu kebenarannya.
Maka Jung Woo pun menantang kepala polisi, “Jadi haruskah saya memberitahukan sesuatu yang saya lihat dengan mata kepala sendiri? Kenapa Anda memberikan laporan investigasi Kang Sang Deuk pada Han Tae Joon?” Kepala polisi terkejut, begitu pula semua polisi yang mendengarkan pembicaraan mereka.
“Sudah berapa lama Anda memberikan laporan kepolisian pada Han Tae Joon? Apakah sejak 14 tahun yang lalu?”
“Kau!”
“Mayat Nam Ui Joong ditemukan di Susam Dong. Apakah Anda yakin Anda tak memikirkan sesuatu? 14 tahun yang lalu ada orang yang mati. Bukan. Anda membutakan mata saat Anda menjadikan Lee Soo Yeon menjadi orang yang mati!”
“Tutup mulutmu!” bentak kepala polisi marah, “Bukankah kau tahu jika kau menuduh atasanmu tanpa bukti yang kuat, maka kau bisa dipecat?”
Jung Woo sudah kebal akan ancaman itu dan ia balik mengancam, “Saya akan keluar dari kasus ini, jika Anda juga keluar dari kasus ini juga.”
Kepala polisi langsung memecat Jung Woo saat itu juga. Namun Jung Woo yang juga sudah geram hanya tertawa sinis, “Anjing menggonggong.. Kucing mengeong..,” katanya menirukan ucapan Detektif Kim dulu. Tapi lanjutannya berbeda dengan kata-kata alm. Detektif Kim, “Dan kepala polisi .. menggonggong. Aku sudah muak dan lelah mendengarkan ucapan sampahmu.”
Dan di hadapan para rekannya, ia mengeluarkan lencananya dan memukulkan lencana itu ke dada kepala polisi. Begitu pula borgol dan pistol yang menandakan ia sebagai polisi, juga ia keluarkan dan ia pukulkan ke dada kepala polisi.
Ia pun pergi meninggalkan kepala polisi yang sendiri dipandangi oleh anak buahnya, yang jelas berada di pihak Jung Woo, walau mereka tak berani mengatakan terang-terangan.
Soo Yeon sedang bersantai sambil teringat akan janji Jung Woo yang akan membawakan Ddukbogi, sosis dan soda. Ada SMS masuk ke handphone dan sepertinya SMS nyasar. Tapi karena ada SMS itu, Soo Yeon  jadi teringat akan kiriman paket yang tadi ditaruh oleh anak buah Mi Ran.
Ia membuka paket itu, yang ternyata adalah USB. Karena penasaran, Soo Yeon memasukkan USB itu ke laptopnya, ingin tahu apa isinya.
Belum sempat ia membukanya, terdengar bunyi barang jatuh. Karena butik sudah tutup, maka Soo Yeon turun ke bawah. Ternyata ada manekin yang jatuh. Maka Soo Yeon pun mendirikan manekin itu kembali dan membenahi baju yang dipakai manekin itu, sambil teringat akan janji Jung Woo yang akan membawakan ddukboki, sosis dan soda.
Dan sepertinya jatuhnya manekin itu adalah ulah seseorang, karena setelah itu ada orang yang bersarung tangan hitam yang mengambil handphone Soo Yeon.
Jung Woo mengemasi barang-barangnya. Detektif Joo dan atasannya mencoba mencegah kepergian Jung Woo dan memintanya untuk memohon pada kepala polisi agar tak diberhentikan. Tapi Jung Woo menenangkan mereka kalau ia memang sudah merencanakan hal ini.
Karena ia dikeluarkan tanpa sebab, ia dapat mengajukan keberatan selama 30 hari ke depan. Selama itulah maka ia akan mengusut kasus ini sendiri (karena toh ia juga tak bisa ikut menyelidiki kasus ini karena ada hubungan keluarga dengan Tae Joon). Dan setelah kasus terselesaikan, ia akan meminta peninjauan kembali atas pemecatannya dan ia pun bisa kembali bertugas lagi.
Tapi Detektif Joo khawatir kalau mereka tak dapat memecahkan kasus ini dalam waktu 30 hari. Tapi Jung Woo yakin bisa. Detektif Joo mulai merajuk, karena ia akan kehilangan Jung Woo selama ini. Jung Woo kembali menenangkan dan meminta seniornya untuk tak memberitahukan hal ini pada ibu Soo Yeon dan Eun Joo.
Jung Woo mendapat telepon dari Soo Yeon. Ia, yang tak tahu kalau handphone Soo Yeon telah dicuri, menerima telepon itu tanpa curiga. Tapi saat ia menyapa Soo Yeon, yang terdengar dari handphone Soo Yeon malah percakapan Tae Joon dan Dokter RS Jaekyung setelah mendengarkan telepon seseorang yang ingin menemui Kang Hyun Joo di kamar 302.
Jung Woo langsung mengenali suara ayahnya. Apalagi ayahnya mengungkit-ungkit sesuatu yang terjadi 14 tahun yang lalu.  Tak mempedulikan pertanyaan seniornya, ia langsung lari keluar untuk menemui Soo Yeon.
Sementara Soo Yeon yang belum menyadari handphonenya hilang, kembali ke laptopnya dan mulai membuka isi USB itu. Ternyata isinya adalah sebuah file mp3. Tanpa curiga, ia  pun langsung membukanya.
Di rekaman itu terdengar suara Sang Chul yang memohon ampun agar ia tak dibunuh, “Lee Soo Yeon.. aku tak membunuhnya. Kami hanya melakukan atas perintah Han Tae Joon. Yang saya lakukan memang salah. Tolong selamatkan saya. Tae Joon menyuruh saudara saya Sang Deuk untuk berkata kalau ialah yang membunuh Lee Soo Yeon. Kalau tidak, ia yang akan membunuh kami.”  
Sang Chul : “Selama 14 tahun ini, ia menyuruh saya untuk mengawasi Han Jung Woo. Ia menyuruh saya untuk menemukan Lee Soo Yeon sebelum Han Jung Woo menemukannya. Itulah yang sebenarnya terjadi. Tolong selamatkan saya. Han Tae Joon.. “
Soo Yeon gemetar. Ia ingat nama Han Tae Joon. Orang itu adalah orang yang pernah ia temui di pesta Harry. Orang itu adalah ayah Jung Woo. Soo Yeon kembali meneruskan mendengar rekaman itu.
Semakin ia mendengarkan, semakin ia mengingat masa lalunya. Ia ingat bagaimana Hye Mi mendorong dirinya saat ia mencoba menghubungi Jung Woo dan berkata pada Hyung Joon, “Gadis itu sedang berusaha menghubungi Han Jung Woo, anak dari Han Tae Joon. Gadis itu telah diberitakan mati. Kita tak dapat mati hanya karena dia!”
Ia teringat saat Hyung Joon menginginkannya untuk ikut pergi, tapi Hye Mi melarangnya. Tapi Hyung Joon meminta Hye Mi untuk menyelamatkan Soo Yeon juga.
Soo Yeon semakin gemetar, bingung akan ingatan yang datang padanya. Bukan karena ingat bagaimana usaha Hyung Joon untuk membawanya pergi, tapi karena mereka mengenal Han Jung Woo juga Han Tae Joon. Nama yang seharusnya asing bagi Hye Mi dan Hyung Joon.
Jung Woo mencoba menghubungi handphone Soo Yeon, tapi sia-sia, tak ada yang mengangkatnya.
Soo Yeon terus memutar rekaman itu. Sang Chul. Dan ingatan itu terus datang. Ia teringat kejadian saat tiba-tiba ia ikut diculik. Ia teringat kejadian di gudang di malam naas itu. Ia teringat bagaimana mobil Hye Mi menabraknya. Dan ia juga teringat di rumah itu, Hyung Joon menyuruh mereka diam karena ada seseorang yang datang ke tempat mereka.
Pada saat itulah, Soo Yeon tak gemetar lagi. Ingatan terakhir itu seakan menyadarkan dia dan ia bergumam, “Harry..”
Dan Harry pun melihat seseorang yang baru saja keluar dari lift dan menyapanya, “Harry..”
Harry yang dipanggil itu menunduk, menghormat pada Harry Hyung Joon. Seakan hafal akan tindakan Harry Hyung Joon, orang yang dipanggil Harry itu langsung mengambilkan tongkatnya sehingga Hyung Joon bisa langsung berdiri.
Dan ternyata Harry itu adalah Sekretaris Yoon. Hmm.. sepertinya nama Harry yang dipakai oleh Hyung Joon adalah nama sebenarnya dari Sekretaris Yoon.
Hyung Joon bertanya dimanakah Zoe sekarang. Sekretaris Yoon menenangkannya dan berkata kalau Zoe akan datang sebentar lagi.
Seakan masih ragu akan datangnya Zoe, Hyung Joon memberi perintah pada Harry, “Jika Zoe tak datang setelah semua yang kau lakukan, bawa Zoe padaku, bahkan jika kau harus membunuhnya dulu. Jika aku tak dapat memilikinya, tak ada orang yang bisa memilikinya.”
Jung Woo mencari Soo Yeon ke butik, tapi tak ada siapapun. Saat ia menelponnya, terdengar suara handphone Soo Yeon. Ternyata handphone itu terselip di bawah bantal di kamar tidur kecil Soo Yeon.
Jung Woo terhenyak kaget. Menatap handphone Soo Yeon, ia teringat suara yang ia dengarkan dari handphone Soo Yeon terakhir kalinya.
Harry duduk terpekur di lantai  dan hanya mendongak saat Soo Yeon keluar dari lift. Soo Yeon melihat betapa putus asanya Harry saat menatapnya.
Tak seperti biasanya Soo Yeon yang memanggilnya dengan Harry, kali ini Soo Yeon berkata padanya “Joon ah…, orang yang membuat kakimu terluka seperti itu, apakah kau tak tahu siapa orangnya?”
Tak menjawab, Harry malah beringsut mendekati Soo Yeon, memeluk kakinya dan menangis.
Soo Yeon mencoba tenang dan berlutut menghadap Hyung Joon untuk mengulang pertanyaannya kembali, “Kang Hyung Joon, apakah kau benar-benar tak tahu?
Harry tetap menangis dan malah memeluk Soo Yeon. Walau Soo Yeon mencoba melepaskan diri, Harry tetap memeluknya, “Aku tak tahu.. Aku tak tahu apa-apa.. Aku takut.”
Seperti biasanya, Soo Yeon membiarkan Hyung Joon memeluknya saat menangis . Tiba-tiba ia mendengar pintu lift terbuka dan suara Jung Woo yang memanggilnya. Refleks ia menoleh, ingin melihat Jung Woo.
Tapi Harry menariknya dan memeluknya. Bahkan ia memeluk semakin erat saat Soo Yeon memberontak ingin melepaskan diri.
Sambil memandang Jung Woo yang terpaku melihatnya memeluk Zoe, ia berkata, “Zoe, aku sudah tahu kau pasti kembali padaku.”
Jung Woo terkesiap kaget mendengarnya.
Begitu pula Soo Yeon. Ia mencoba melepaskan diri, tapi lagi-lagi Harry menahannya. Ia hanya bisa menggenggam USB yang sedari tadi ia pegang dengan erat, tak membalas pelukannya.
Dengan Zoe berada dalam pelukannya, Hyung Joon menatap Jung Woo. Wajahnya masih menyisakan air mata, tapi tanpa Zoe bisa melihatnya, ia tersenyum pada Jung Woo yang terpaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Templates grátis free