Páginas

Minggu, 05 Januari 2014

Sinopsis I Miss You Episode 14 - 1


Menyadari kalau pria bertopi hitam itu sudah hilang, Jung Woo turun dari atap gedung dengan gontai. Detektif Joo yang baru saja naik, bertemu Jung Woo dan bertanya apakah Jung Woo menemukan pelakunya. Jung Woo hanya menjawab pendek kalau orang itu sudah hilang, membuat Detektif Joo juga ikut kesal.


Jung Woo menunjukkan foto keluarganya yang terselip di jas Sang Chul. Sepertinya penjahat itu melempar tubuh Sang Chul dari atas agar ia bisa menemukannya. Dari mayat Sang Chul yang sudah kaku, membuktikan kalau Sang Chul bukan baru saja meninggal.
“Lalu.. pelakunya mengejarmu dengan melemparkan mayat itu?” tebak Detektif Joo. Jung Woo hanya diam dan menghela nafas panjang. Namun mendadak Jung Woo berteriak hingga membuat Detektif Joo kaget. Detektif Joo mengikuti arah pandang Jung Woo ke luar rumah sakit. Ternyata salju turun.
Mereka berteriak panik karena semua sidik jari dan jejak ban akan hilang tertutup salju. Buru-buru Jung Woo meminta seniornya untuk mengamankan TKP dari lorong hingga atap gedung rumah sakit, karena pelakunya melempar mayat Sang Chul dari sana. Ia juga meminta agar seniornya melarang orang naik ke TKP. Tanpa menunggu jawaban, Jung Woo langsung lari, kembali ke atap.
Harry melihat post it yang tertempel di lemari es yang bertuliskan pesan Soo Yeon, yang mengatakan kalau ia akan pergi sebentar karena ingin mengucapkan selamat tinggal pada Detektif Kim dan berharap saat ia datang, Harry sudah tak marah lagi padanya.
Membaca nama itu, ia teringat pada kejadian 14 tahun yang lalu, saat ia meletakkan kaleng di bawah mobil Detektif Kim. Ia mendesah tak percaya dan dengan kesal ia meremas post it itu sebelum membuangnya ke lantai.
Betapa frustasinya Jung Woo melihat atap sudah tertutup salju yang mulai menebal. Dari atap, ia melihat mayat Sang Deuk sedang dibungkus oleh pihak forensik dan ia pun mulai mengambil foto di seluruh bagian atap. Hingga di sebuah pojok, ia menemukan sebuah sleeping bag hijau.
Bingo! Walau sekecil apapun, tiap kejahatan pasti ada jejaknya.
Jung Woo buru-buru membawa sleeping bag itu ke bawah dan memberikannya pada bagian forensik. Detektif Joo  dan orang forensik setuju dengan dugaan kalau sleeping bag itu dipakai untuk membawa mayat Sang Chul ke atap gedung, sehingga dapat dipastikan kalau Sang Chul meninggal tak wajar.
Jung Woo memberitahukan ciri-ciri pelaku : topi hitam, baju hitam, menggunakan sepatu lari, perawakan kurus, tinggi sekitar 180 cm, dan rambutnya yang tidak dicat, tak pendek juga tak panjang.
Terlihat salah satu orang forensik mengambil sehelai rambut dari pagar.
Jung Woo menjelaskan pada orang forensik, kemana saja ia mengejar pelaku itu. Jung Woo menduga kalau orang itu sepertinya mengenal rumah sakit ini dengan baik. Orang forensik itu meminta Jung Woo untuk segera mempersiapkan surat penggeledahan dengan segera. Sebelum pergi, Jung Woo memberikan foto yang ia dapat dari balik jas Sang Chul.
Dengan diberikannya foto itu, kemungkinan Jung Woo tak diperbolehkan mengusut kasus ini cukup besar. Detektif Joo memberitahukan kekhawatiran ini pada Jung Woo. 
Tapi Jung Woo malah tak khawatir. Ia sudah sering mendengar ucapan atasan mereka yang menyuruhnya untuk tak mengurusi sebuah kasus, “Tapi apakah aku tetap menurutinya?”
Detektif Joo membenarkan. Jung Woo pun merangkul bahu seniornya dan berkata, “Aku kan memiliki hyung. Istri, tak ada rahasia di antara kita, kan? Kau harus memberitahukan apa yang terjadi dalam penyelidikan itu.”
Lagi-lagi Detektif Joo membenarkan kalau tak ada rahasia di antara mereka. Dan ia pun melirik pada Jung Woo untuk bertanya, “Apa hubunganmu dengan Zoe?”
Ha. Mendengar pertanyaan itu, Jung Woo langsung mengeluh nggak nyambung, “Ahh.. kenapa juga harus turun salju? Aku tak suka salju.”
Tae Joon kaget saat diberitahu dokter di RS Jaekyung yang mengabarkan kalau Sang Chul mati. Ia buru-buru menyuruh Sekretaris Yoon yang baru saja masuk untuk keluar.
Dokter itu mengatakan kalau sekarang rumah sakitnya sedang diselidiki oleh polisi. Tae Joon langsung menyuruhnya untuk menghapus nama Kang Hyun Joo dari daftar pasien yang dirawat inap.
Note : Untuk menjebak Hyung Joon yang kemungkinan akan datang pukul 5 sore, pada hari itu, Tae Joon mengosongkan kamar 302 (kamar bekas Hyun Joo 14 tahun yang lalu) dan memasukkan nama Hyun Joo di kamar itu.
Namun terlambat. Sebelum dokter itu pergi ke bagian administrasi, Jung Woo sudah ada di sana. Jung Woo telah meminta daftar nama pasien yang dirawat dalam satu bulan terakhir. Ia cukup heran melihat daftar nama pasien yang sangat sedikit.
Suster menjelaskan kalau pasien yang dirawat adalah pasien jangka panjang (karena ini adalah pasien di Rumah Sakit Jiwa) dan jika ia mencetak daftar nama dalam setahun pun maka yang muncul akan sama seperti di daftar. Jung Woo pun berterima kasih dan pergi.
Dan seperti yang dikhawatirkan dokter itu, ternyata Suster yang tak tahu menahu itu belum mencoret nama Kang Hyun Joo dari daftar.
Membaca daftar itu, membuat Jung Woo heran karena ada satu kamar di daftar itu yang dikosongkan. Kamar 302. Tapi di depan kamar itu, tertulis nama pasien yang dirawat : Kang Hyun Joo. 
Karena itu ia mencoba membuka kamar itu, tapi dihentikan oleh dokter antek dari Tae Joon. Dokter itu mengatakan kalau kamar itu sudah kosong karena pasiennya pulang lebih awal. Jung Woo berkata kalau di daftar tak tertulis identitas pasien, nomor kontak, nama penjamin dan alasan pulang. Dokter itu beralasan karena pasien itu baru masuk tadi pagi.
Waah.. dokter yang ini nggak pintar cari alasan, nih..
Maka Jung Woo meminta form isian yang ditulis oleh pasien (yang biasanya harus diisi oleh pasien sebelum masuk atau keluar). Dengan enggan, dokter itu mengiyakan dan mau tak mau ia harus pergi mencari dokumen (yang tak ada itu).
Dan Jung Woo pun masuk ke dalam ruang itu yang ternyata memang sudah kosong.
Hanya di tembok, ada gambar ibu dan anak yang bergandengan. Jung Woo tersenyum melihat betapa tangan si anak memegang erat tangan ibunya, “Aih, lucunya.” Dan ia pun memotret gambar di dinding itu.
Soo Yeon pulang dengan membawa belanjaan. Ia mencari Harry yang tak terlihat di lantai bawah. Tapi karena post it itu sudah hilang, ia tahu kalau Harry sudah membaca pesannya. Ia naik ke lantai atas dan mematikan player yang memutar musik klasik dengan keras.
Ia menyapa Harry dan bertanya apakah Harry masih marah padanya? “Jangan marah lagi. Aku membelikan salmon kesukaanmu dan akan memasaknya.” Tapi Harry tetap diam dan tetap tak mau menatapnya, dan akhirnya Soo Yeon bertanya, “Apa yang harus kuperbuat agar kau tak marah?”
Dan dalam bahasa Perancis, Harry menjawab, “Berikan aku sebuah ciuman.”
Tentu saja Soo Yeon kaget mendengar permintaan itu. Dan ia semakin kaget lagi karena Harry berbalik dan langsung menarik tangannya. 
Dan wajah Harry pun mendekati Soo Yeon, ingin menciumnya. Tapi Soo Yeon reflek memalingkan muka, menolaknya.
Menyadari penolakan itu, Harry langsung menarik Soo Yeon ke dinding sehingga Soo Yeon terjepit antara tembok dan Harry, membuat Soo Yeon ketakutan dan bertanya, “Kenapa.. kau seperti ini"
“Apakah ini yang kau maksud dengan berada di sisiku?” tanya Harry geram.
“Jangan seperti ini,” pinta Soo Yeon yang mencoba menurunkan tangannya yang di tembok, yang dicengkeram oleh Harry. “Sakit.”
Tapi Harry malah semakin mencengkeram tangan Soo Yeon dan ingin menciumnya lagi, sehingga Soo Yeon menjerit kecil dan memalingkan mukanya, kembali menolak.
Menyadari penolakan yang kedua kalinya itu, Harry mendesah kesal. Ia melepaskan Soo Yeon dengan menariknya dari tembok.
Yang membuat Soo Yeon terlempar ke samping.
Yang membuat tangan Soo Yeon terantuk besi pagar. Soo Yeon mengernyit kesakitan dan memegangi tangannya.
Tapi Harry tak menyadarinya karena marah, “Apakah ini yang kau sebut dengan berada di sisiku?” Soo Yeon tak menjawab dan Harry pun melanjutkan, “Baiklah. Tetaplah disisiku walah hanya sepert ini.”
Ia pun mengambil buku dan beranjak pergi. Tapi langkahnya terhenti saat Soo Yeon berkata, “Jangan ulangi hal ini lagi.”
Harry menoleh dan menyadari betapa terlukanya Soo Yeon. Masih memegangi tangan kirinya, Soo Yeon melanjutkan, “Kali ini aku akan membiarkannya. Tapi jika ini adalah satu-satunya cara untuk berbaikan denganmu, aku tak yakin apa aku bisa tahan menanggungnya.” Soo Yeon pun berjalan melewati Harry.
“Berhenti,” perintah Harry. Dan Soo Yeon pun mematuhinya. “Datanglah kemari. Kemarilah, Zoe,” perintahnya sekali lagi. Tapi kali ini Soo Yeon tak mematuhinya.
Soo Yeon tetap berjalan dan berkata kalau ia akan keluar jalan-jalan sebentar. Ia pun mengambil tas dan pergi, tak mempedulikan Harry yang berteriak menyuruhnya berhenti dan datang padanya.
Dan saat di mobil, Soo Yeon baru bisa mengeluarkan perasaannya. Ia menangis, menyadari perlakuan Harry yang jauh berbeda dengan yang selama ini Harry tunjukkan. Apalagi saat ia baru menyadari kalau pergelangan tangannya lebam.
Alarm Jung Woo berbunyi, dan bukannya mematikan, Jung Woo malah mendengarkan lagu itu dengan sepenuh hati, membuat seniornya kesal karena memikirkan kasus tadi siang, “Kok kau masih sempat mendengarkannya di saat seperti ini. Aku saja sudah merasa kacau (karena kesal) karena hari sudah malam.”
Masih belum mematikan alarm, Jung Woo juga menyetujui pendapat seniornya itu. Ia juga merasa kacau jika malam tiba, “Hatiku juga berdebar-debar karenanya.”
Err .. apa mereka bicara hal yang sama? Kayanya nggak deh.
Jung Woo memejamkan mata, dan mengingat ciumannya dengan Soo Yeon dulu.
Ha, dasar..
Dan ia tertawa, membuat Detektif Joo itu bingung dan mengatai juniornya gila. Tapi ia merasa pantas kalau Jung Woo gila, karena kedua orang yang mengetahui jejak Soo Yeon sudah meninggal, padahal Soo Yeon belum ditemukan.
Jung Woo, bukannya memberitahukan kalau ia telah menemukan Soo Yeon, malah mengingatkan kalau hasil otopsi Sang Chul akan keluar besok pagi dan ia (yang pasti akan dikeluarkan dari tim penyelidik) meminta agar Detektif Joo memberitahukan hasil otopsi itu padanya.
Detektif Joo meminta agar Jung Woo tak ikut menyelidiki, karena ia memiliki firasat buruk dengan hal ini. Tapi Jung Woo tak mau, karena ia yakin ada hubungan antara  kematian Detektif Kim,  kematian Sang Chul dan laporan palsu atas kematian Soo Yeon yang dilakukan Sang Deuk.
Detektif Joo berkata kalau yang ingin dituju oleh pelaku itu sepertinya adalah Jung Woo dan ia mencemaskan Jung Woo, karena pelaku itu jauh lebih gila daripada Jung Woo. Tapi Jung Woo tak takut kalau pelaku itu sekarang mencobanya sekali lagi.
Di depan kantor polisi, Jung Woo tiba-tiba berteriak, “Stopp!!” membuat Detektif Joo mengerem mendadak. Seniornya itu kesal karena Jung Woo lagi-lagi mengagetkannya. Ternyata Jung Woo ingin meminjam mobil untuk pergi mendinginkan kepalanya dan meminta seniornya itu untuk turun.
Ternyata Jung Woo pergi ke restoran ibu Soo Yeon dan membuat ibu kaget karena kedatangannya yang tiba-tiba. Ia semakin kaget karena Jung Woo selain memesan makan, juga memesan soju.
Ibu merebut gelas dan memukul kepala Jung Woo, melarangnya minum. Tapi Jung Woo malah merebut gelas itu kembali dan meminumnya. Ibu kesal dan saat Jung Woo menuangkan soju lagi ke gelas, ibu menyambar dan meminumnya sendiri.
Jung Woo bengong melihat ibu yang memarahinya khawatir karena setelah Jung Woo keluar dari rumah, Jung Woo malah minum-minum seperti ini dan malah tidur di kantor polisi. 
Dengan nada polos, Jung Woo bertanya, “Apa kau menguntitku? Kenapa kau malah menyelidiku? Aku sudah memiliki pacar baru,” dan Jung Woo berbisik saat mengatakan namanya, “yaitu Lee Soo Yeon. Ia sangat cantik. Ia mirip dengan ibu.”
Ibu hanya diam mendengar ucapan itu. Jung Woo juga mengatakan kalau ia sekarang sudah tak apa-apa karena ia sudah bahagia telah menemukan Soo Yeon, “Janganlah sedih karenaku. Bagaimana jika kau menemui Soo Yeon? Akan lebih baik lagi jika kau membawanya pulang ke rumah.”
Mendengar permintaan Jung Woo, ibu malah menangis, membuat Jung Woo khawatir. Ia meraih tangan ibu dan menggenggamnya, “Soo Yeon juga mengatakan tak apa-apa. Jika kenangan buruk itu menghampirinya lagi, kita harus membuatnya merasa lebih baik. Apa yang harus kulakukan jika cintaku ini menangis?”
Ibu mencoba menahan air matanya dan menggenggam tangan Jung Woo. Ia meminta maaf karena semua ini (yang terjadi pada Soo Yeon dan Jung Woo) adalah kesalahannya. 
Maka Jung Woo pun meminta ibu melakukan satu hal untuknya, “Tolong beritahu Soo Yeon mengenai ayahnya. Memang sekarang tak penting, apakah Soo Yeon itu anak seorang pembunuh ataukah bukan. Tapi bagi Soo Yeon, kenyataan itu merupakan beban berat bagi Soo Yeon.”
Menyadari kebenaran ucapan Jung Woo, Ibu tersenyum dan menyanggupi permintan Jung Woo. Tapi ia tak menyadari kalau putrinya datang ke restoran itu.
Tapi Jung Woo melihatnya. Ia melihat Soo Yeon yang terpaku di depan restoran dan melihat mereka berdua, buru-buru pergi keluar. Jung Woo pun buru-buru pamit pada ibu Soo Yeon, dan mengikuti kemana Soo Yeon pergi.
Ia melihat Soo Yeon memilih syal merah dan mengalungkan ke lehernya sendiri. Tapi bukan syal itu yang dilihatnya, tapi air mata yang mengalir di pipi Soo Yeon. Ia bergumam heran, “Ia menangis lagi.”
Soo Yeon membeli minuman kaleng hangat.
Begitu pula Jung Woo. Dengan syal tergantung di lehernya juga. Astaga.. ternyata Jung Woo beli sendiri ya syal-nya.. LOL.
Sedih rasanya melihat Soo Yeon malam ini. Setelah Harry memperlakukannya seperti itu, ia pergi ke restoran, ingin menemui ibunya sendiri. Tapi ibu kandungnya yang dulu memintanya untuk pergi karena ibunya tak bisa meninggalkan Jung Woo, sekarang bersama dengan Jung Woo.
Maka ia hanya bisa menatap iri melihat orang tua muda yang berfoto dengan anaknya, menyadari kalau kegembiraan seperti itu mungkin tak akan ia dapatkan lagi.
Jung Woo memperhatikan kesedihan itu dan menjejeri Soo Yeon. Namun di saat berada di sisi Soo Yeon, ia berkata ceria, “Ohh.. dinginnya!”
Soo Yeon kaget melihat Jung Woo yang sudah ada di sisinya, lengkap dengan syal yang sama pula dengannya dan menyapanya, “Apakah kau tak kedinginan?”
“Jung Woo-ya..”
Jung Woo memeluk bahu Soo Yeon sok akrab, tak mempedulikan kekagetan Soo Yeon, “Hari ini, penjahat yang akan aku tangkap, lepas di depan mataku. Teman, hiburlah diriku, ya..”
Seperti yang ia lakukan pada ibu Soo Yeon dulu, ia menceritakan kejadiannya hari ini pada Soo Yeon. Sambil membawa Soo Yeon berjalan-jalan, ia membuat Soo yeon tersenyum dengan ceritanya yang berapi-api.
Setelah ceritanya selesai, bukannya mengomentari cerita itu, Soo Yeon malah bertanya, “Sejak kapan kau mengikutiku?”
Jung Woo pun merajuk mendengar pertanyaan itu, “Apa itu jadi masalah sekarang? Aku kehilangan penjahat itu di depan mataku,” Soo Yeon pun merasa tak enak hati karena pertanyaannya. Jung Woo pun menenangkannya, “Tak apa-apa. Tak masalah. Aku hanya perlu menangkapnya lagi. Dan saat ia tertangkap nanti, ia akan mendapat dua pukulan sekaligus.”
Jung Woo pun melepaskan pelukannya dan bak petinju ia meludah dan berkata, “Minggir kau!”. Tentu saja Soo Yeon kaget diusir seperti itu. Tapi tentu saja bukan Soo Yeon yang diusir, karena Jung Woo sedang mempraktekkan ajaran rahasia Detektif Kim dan ia bertanya, “Apa kau tak ingat?”
Mendengar kata Detektif Kim, Soo Yeon berkata kalau ia tadi siang pergi ke makam Detektif Kim. Jung Woo menjawab kalau seharusnya Soo Yeon mengajaknya. Tapi menurut Soo Yeon, ia ingin mengingat kenangannya dulu, dan ia akan memberitahu Jung Woo kalau ia teringat sesuatu.
Jung Woo berkata lega, karena rasanya senang juga memiliki seorang teman. Ia meraih tangan Soo Yeon, dan Soo Yeon refleks berteriak kesakitan karena tangan yang di pegang Jung Woo itu adalah tangannya yang tadi terantuk pagar.
Jung Woo langsung berhenti dan memeriksa tangan Soo Yeon, walau Soo Yeon bersikeras menyembunyikannya. Ia melihat lebam merah itu dan tanpa ditanya, Soo Yeon langsung menjelaskan kalau tangannya terantuk sesuatu.
Walau tak percaya akan ucapan Soo Yeon, Jung Woo membiarkannya. Dengan hati-hati, ia menggenggam tangan Soo Yeon dan memasukkannya ke dalam saku jasnya agar tangan itu hangat, dan mengajak Soo Yeon untuk minum soju.
Tapi Soo Yeon melepaskan tangan Jung Woo dan berkata kalau ia harus pergi dan ia memanggil taksi. Jung Woo mencoba menghentikannya dengan mengatakan kalau ia sedang bersedih, “Sebagai teman, apakah kau tak mau menyemangatiku?”
Soo Yeon berkata kalau lain kali ia akan mentraktir Jung Woo. Ia akan pergi memanggil taksi lagi, tapi kali ini Jung Woo menghentikannya lagi. Tapi kali ini Jung Woo akan mengantarnya. Ia melepaskan syal dari lehernya dan mengalungkan syal itu ke leher dan wajah Soo Yeon, berkata kalau hari ini sangat dingin.
Soo Yeon terpaku diam merasakan kehangatan syal itu. Ia menuruti Jung Woo yang membawanya ke dalam taksi yang baru saja ia dapatkan.
Di dalam taksi, Jung Woo berkata kalau ia akan tidur sebentar dan minta dibangunkan saat sampai di rumah Soo Yeon.
Melihat Jung Woo sudah tertidur, Soo Yeon menggunakan kesempatan itu untuk mengeluarkan perasaannya. Ia menarik lengan kaosnya, menutup kedua pergelangan tangannya. Bersembunyi ke dalam syal Jung Woo yang menutupi mukanya, iapun terisak pelan, menangis.
Dan Jung Woo mendengarnya. Tanpa menoleh pada gadis itu, Jung Woo mendengarkan kesedihannya.
Sampai di depan rumah, Soo Yeon melepaskan syal Jung Woo dan berniat mengembalikannya. Tapi Jung Woo hanya memandangnya, membuat Soo Yeon salah tingkah, dan akhirnya berkata, “Benar juga. Sejujurnya, syal ini tak cocok untukmu. Nanti aku akan memberimu yang lebih bagus lagi.”
Tapi bukan itu yang dimaksud oleh Jung Woo. Seakan tahu asal kesedihan Soo Yeon, Jung Woo bertanya bisakah Soo Yeon untuk tak pergi?
“Jung Woo ya..,” kata Soo Yeon memperingatkan.
“Soo Yeon ah..” sela Jung Woo. “Apakah kau harus pergi? Apa benar ini adalah yang kau inginkan?”
Soo Yeon mengangguk ragu. Tapi itu sudah cukup bagi Jung Woo. Ia  tersenyum dan berkata kalau ia akan melepaskan Soo Yeon, “Jangan berpikir kalau aku akan menunggumu selamanya. Jika ia membuatmu menangis sekali lagi.. aku tak akan menunggumu untuk kembali. Aku akan datang untuk membawamu pergi bersamaku.”
Di lift, masih menggenggam syal Jung Woo, Soo Yeon teringat kata-kata terakhir Jung Woo. Dan dengan itu ia keluar lift untuk masuk rumah.
Betapa kagetnya ia melihat Harry sedang duduk di sofa dengan soju dan makanan yang hanya ada di kedai minum. Harry sepertinya ingin berdamai karena ia berkata kalau ia sudah menerima hukumannya selama 3 jam ini, “Karena ini juga pertama kalinya bagiku, aku tak tahu bagaimana caranya untuk membuatmu merasa lebih baik.”
Soo Yeon duduk dan berkata kalau ingin menyampaikan sesuatu. “Aku ingin menemui ibu dan Jung Woo. Jika bisa, aku juga ingin membantu mencari pembunuh Detektif Kim.”
Harry tertawa dan itu membuat Soo Yeon tersinggung, “Apa yang kukatakan tadi itu lucu?”
“Maafkan aku,” jawab Harry. “Tapi kudengar Han Jung Woo adalah detektif yang kompeten. Kalau ia saja tak bisa mencari pelakunya selama 14 tahun ini, apalagi bagaimana kau bisa membantunya?”
“Apa nama tempat yang kita diami sebelum kita meninggalkan Korea?” tanya Soo Yeon dingin. “Kata Jung Woo, Detektif Kim meneleponnya saat ia menemukanku di sana. Saat itu aku sedang tak bisa berpikir, jadi aku tak dapat mengingatnya. Tapi mungkin kau mengetahui tempat itu.”
Harry menjawab dengan menceritakan kejadian 14 tahun yang lalu. Saat itu juga tak bisa berpikir, karena ia yang berusia 12 tahun, harus melarikan diri dari kejaran orang yang ingin membunuhnya. Hal yang ia ingat adalah kata-kata dari seorang gadis yang khawatir padanya, yang bertanya apakah ia baik-baik saja dan apakah ia terluka. Kata-kata itu dari Soo Yeon. Maka ia memutuskan untuk menyelamatkan Soo Yeon. Ia akan melindungi Soo Yeon, “Dan hatiku masih sama seperti yang dulu.”
Harry mengambil laptopnya dan menunjukkan foto ibunya pada Soo Yeon. Soo Yeon kaget, bukankah katanya ibu Harry sudah meninggal?
Harry menjelaskan kalau orang yang telah membunuh ibunya, sekarang ingin mencoba membunuhnya, “Aku tak tahu siapa, juga tak tahu alasannya. Tapi karena itulah dulu aku harus melarikan diri dan mengganti identitasku. Tante berkata, kalau pembunuh itu tahu kalau akulah yang membawamu pergi. Dan apakah kau tahu apa artinya?”
“Jika kau kembali menjadi Lee Soo Yeon, aku akan kembali menjadi Kang Hyung Joon. Dan orang itu akan menemukanku.”
Menyadari bahaya yang akan dihadapi Harry, membuat Soo Yeon khawatir, “Kenapa kau tak memberitahu padaku kalau orang itu masih mencarimu?”
Harry mengatakan kalau ia sudah melakukannya. Ia pernah meminta Soo Yeon untuk tak melupakan kalau ia adalah Zoe. “Aku tahu kalau kau tak mencintaiku. Tapi aku tak dapat melepaskanmu, karena hingga detik terakhir, aku akan tetap melindungimu.”
Mendengar kata-kata terakhir Harry, Soo Yeon menggenggam syal Jung Woo lebih erat lagi.
Harry berkata kalau ia menyukai Han Jung Woo. Jung Woo pernah menyelamatkannya dari kobaran api. Jung Woo juga yang menemukan kalung yang sekarang dipakai oleh Soo Yeon, “Zoe, jika saja kau tak goyah, kita bertiga dapat berteman baik.
Jung Woo memandangi foto-foto mayat Sang Chul, tapi ia tak dapat berkonsentrasi. Ia malah teringat pada tangan Soo Yeon yang lebam. Dan ia juga teringat kata-kata Soo Yeon yang membenarkan kalau ia tak akan pernah kembali.
Dan rupanya kata-kata Jung Woo juga terngiang di benak Soo Yeon. Soo Yeon menatap dirinya sendiri di kaca, seakan bertanya siapakah gadis yang berdiri di depannya?
Soo Yeon menuliskan namanya. Lee Soo Yeon. Hanya sesaat, karena ia kemudian teringat ucapan Harry: Jika kau kembali menjadi Lee Soo Yeon, aku akan kembali menjadi Kang Hyung Joon. Dan orang itu akan menemukanku. Dan karena itulah ia menghapus nama itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Templates grátis free