Adegan itu muncul lagi. Adegan yang pernah muncul di episode
1. Jung Woo lari menghampiri Soo Yeon yang ia peluk. Kemudian datang para
polisi, termasuk Detektif Joo. Tapi Jung Woo malah mengacungkan pistolnya
kepada mereka dan berkata pada Soo Yeon, “Lee Soo Yeon, kali ini jangan pernah
lepaskan tanganku.
Dan di tempat lain Hyung Joon duduk dan menangis
tersedu-sedu. Kemudian adegan berganti dengan Soo Yeon remaja dan Hyung Joon
kecil berjalan dan perlahan-lahan Soo Yeon menghilang.
Terdengar tembakan pistol dan Jung Woo terjatuh dengan luka
di pelipis kanan. Saat itu terdengar suara Soo Yeon remaja, “Swisshhh.. Apakah kau
merasakan hembusan angin? Itu aku yang sedang menggenggam tanganmu dengan erat.
Aku akan selalu berada di sampingmu.”
Sinopsis I Miss You
Episode 17 – 1
Mobil Jung Woo datang dan ia
keluar dengan menghampiri sisi pintu mobil Hyung Joon. Tanpa ba bi bu, ia
langsung membuka pintu mobil Hyung Joon.
Hyung Joon membentak, menyuruh
Jung Woo untuk menutup pintu mobilnya.
Tapi Jung Woo dengan tenang berkata,
“Temperamennya masih juga belum berubah. Persis seperti 14 tahun yang lalu.”
Soo Yeon terkejut mendengarnya.
Begitu pula Hyung Joon. Mereka saling berpandangan sebelum menoleh pada Jung
Woo. Soo Yeon memanggil Jung Woo, tapi perhatian Jung Woo kali ini hanya pada
Hyung joon dan menyapanya seakan bertemu dengan teman lama, “Lama tak bertemu..
bocah.”
Jung Woo menatap mereka dan dengan sinis berkata, “Apakah
kalian berdua merasa senang telah berhasil menipuku? Harry Borison, bukankah
kau dulu pernah mengatakan kalau kita bertiga bisa bersama? Mari kita coba. Aku
dan Soo Yeon akan pergi dengan mobilku, dan kau mengikuti mobil kami.”
Soo Yeon merasa cemas karena samaran Hyung Joon terbuka,
tapi Hyung Joon malah tersenyum, “Han Jung Woo, akhirnya kau berhasil
menyimpulkan. Kenapa lama sekali? Kukira kau sangat cepat.”
Jung Woo memanggil Hyung Joon dengan bocah dan menyuruhnya
untuk tak mencari gara-gara denganya. Dan Soo Yeon buru-buru keluar untuk
berbicara berdua dengan Jung Woo diikuti pandangan mata Hyung Joon yang
mengawasi pembicaraan mereka.
Soo Yeon meminta maaf karena tak memberitahu hal ini
sebelumnya. Jung Woo tak mempermasalahkan hal ini karena ia yakin Soo Yeon
memiliki alasan tersendiri menyembunyikannya.
Ia meraih tangan Soo Yeon untuk
membawanya masuk ke dalam mobil, tapi Soo Yeon tak mau, karena ada yang ingin
ia bicarakan pada Hyung Joon.
“Ayo masuklah. Aku sudah cukup menahan diri sekarang,” kata
Jung Woo mencoba mengendalikan emosi.
Soo Yeon berjanji akan berbicara pada Jung Woo. Ia akan
menceritakan segalanya nanti. Dan Jung Woo mengalah pada permintaan Soo Yeon.
Ia hanya bertanya siapa nama asli Harry Borison. Soo Yeon menghela nafas,
menunduk khawatir.
Jung Woo mengalah pada Soo Yeon, membiarkannya kembali ke mobil Hyung
Joon. Sementara ia menelepon seniornya untuk mencari tahu tentang Harry Borison
dan Kang Hyung Joon, juga tentang proses adopsi mereka.
Detektif Joo pusing karena Jung Woo meminta banyak
keterangan akan banyak sekali orang. Kang Hyug Joon, Yoon Young Jae (nama
Sekretaris Yoon).
Teringat akan Sekretaris Yoon, Jung Woo meminta seniornya
untuk memeriksa nama Moon Hae Joon, karena Sekretaris Yoon memberikan identitas
Harry Borison yang memiliki nama asli Moon
Hee Joon. Dan ia menduga kalau semua itu adalah rekayasa.
Hyung Joon mengawasi Jung Woo yang sibuk menelepon dan
berkata kalau Jung Woo cukup pintar karena cepat menemukan semua rahasianya.
Soo Yeon mencoba membujuk Hyung Joon untuk kembali ke rumah dulu agar bisa
memikirkan cara untuk membawa ibunya pergi.
Tapi Hyung Joon tak mau, “Apa gunanya membawa pergi ibu yang
tak mengenaliku? Aku tak membutuhkannya,” kata Hyung Joon dingin.
Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk tak mengatakan hal seperti
itu. Ia percaya kalau Han Jung Woo akan menolong mereka untuk mengeluarkan
ibunya. Tapi Hyung Joon tak percaya kalau Jung Woo yang merupakan anak Han Tae
Joon akan menolong mereka.
Tapi Soo Yeon yakin kalau Jung Woo mau membantu mereka. Jung
Woo telah kembali ke rumah untuk memecahkan kasus 14 tahun yang lalu,
“Ceritakan pada Jung Woo apa yang dilakukan Han Tae Joon pada ibumu sehingga
Tae Joon dapat mendapat hukuman atas semua kejahatannya.”
“Dihukum? Hukuman apa yang pantas untuk orang yang membuat
ibuku gila? Hukuman apa yang pantas karena membuat kakiku seperti ini?” tanya
Hyung Joon tak percaya akan kenaifan Soo Yeon, “Hanya karena kau telah
memaafkan Han Jung Woo, jangan berharap hal yang sama dariku. Walau aku mati,
aku tak akan mau memaafkannya.”
Soo Yeon mengerti perasaan Hyung Joon. Tapi ia meminta agar
tak menyalahkan Jung Woo karena Jung Woo tak bersalah. Tapi Hyung Joon langsung
menyalak, “Bagaimana mungkin ia tak bersalah? Ia yang mengambilmu dariku.”
Hyung Joon mengingatkan Soo Yeon kalau dulu Soo Yeon
mengatakan kalau ialah orang yang dibutuhkan Soo Yeon. Soo Yeon juga pernah
mengatakan kalau hanya ialah orang yang paling penting di dunia ini, “Kau
mengatakannya lebih dulu, kan? Hanya ada aku disisimu, sudah cukup bagimu,
kan?”
Soo Yeon kaget karena Hyung Joon ingat akan kejadian 14
tahun yang lalu. Kejadian 14 tahun yang lalu yang katanya tak pernah bisa
diingat oleh Hyung Joon ternyata diingat semuanya oleh Hyung Joon.
Hyung Joon menyadari ia keceplosan bicara. Ia berkata kalau
semua yang ia lakukan ini adalah yang terbaik untuk Soo Yeon.
“Untukku?” tanya Soo Yeon tak percaya. “Kau tahu ibuku masih
mencariku. Kau tahu kalau Jung Woo juga mencariku. Tapi kau tak mengatakan
sepatah katapun. Semua ini demi kebaikanku?”
“Bukankah aku pernah mengatakan kalau aku melakukan ini
untuk melindungimu,” kata Hyung Joon mencoba meyakinkan Soo Yeon, “Han Tae Joon
masih mencarimu. Jika ia menemukanmu, orang yang disangka sudah mati, ia akan
mencoba untuk membunuhmu!”
“Kalau begitu, kenapa kau malah membawaku ke hadapan Han Tae
Joon?” tanya Soo Yeon menyudutkan, “Apakah itu demi kebaikanku juga?”
Soo Yeon menyadari kalau semua yang Hyung Joon katakan,
semuanya adalah bohong, “Aku tak mau mendengarkanmu lagi,” dan Soo Yeon pun
meraih handle pintu, tapi tangannya dicengkeram oleh Hyung Joon,
“Kau mau melihatku jadi gila?!”
“Kau sekarang sudah gila!”
Soo Yeon meminta Hyung Joon untuk melepaskan tangannya, tapi
Hyung Joon tak mau dan menarik tangan Soo yeon lebih kuat lagi.
Jung Woo sejak tadi melihat percakapan mereka dari luar,
melihat kalau Hyung Joon mencengkeram tangan Soo Yeon yang ingin keluar dari
mobil. Ia buru-buru membuka pintu mobil Soo Yeon, tapi Hyung Joon ternyata
menguncinya dari dalam. Jung Woo panik dan menggedor jendela mobil itu, tapi
Hyung Joon tak bergeming.
“Aku membunuhnya,” kata Hyung Joon akhirnya, membuat Soo
Yeon yang akan membuka pintu terkejut dan menoleh pada Hyung Joon yang
melanjutkan kata-katanya, “Bukankah itu yang kau inginkan? Bukankah kau bilang
kalau lebih baik jika semuanya mati?”
Soo Yeon terkesiap melihat Hyung Joon yang tersenyum dingin
dan berkata kalau ia dapat melakukan apapun yang Soo Yeon inginkan, “Aku bahkan
bisa lebih dalam melakukan sesuatu yang kau harapkan. Dan aku tak
menyesalinya.”
Soo Yeon tak percaya mendengar kata-kata itu, ia memohon
pada Hyung Joon agar Hyung Joon tak melakukan hal itu. Ia menangis memohon
Hyung Joon untuk menarik kembali kata-katanya. Jung Woo yang melihat Soo Yeon
menangis, semakin panik dan terus menggedor-gedor jendela mobil.
Kali ini Hyung Joon tak mempedulikan permintaan Soo Yeon. Ia
malah menyuruh Soo Yeon pergi dan menyuruh Soo Yeon untuk memberitahukan pada
semua orang kalau ia telah membunuh, “Tanpamu, aku pun juga sudah mati.”
Ia membuka kunci pintu mobil, membiarkan Jung Woo
membukanya. Jung Woo ingin menghajar Hyung Joon, tapi terhenti karena Soo Yeon
terisak dan berkata kalau ia tak percaya pada apa yang telah dikatakan oleh
Hyung Joon. Pada Jung Woo, ia meminta Jung Woo untuk membawanya pulang ke
rumah.
Jung Woo segera melepaskan Hyung Joon dan mengejar Soo Yeon.
Namun Soo Yeon rupanya mengalami shock yang hebat, terjatuh dan hampir saja
terhempas ke tanah jika Jung Woo tak segera menangkapnya.
Hyung Joon menatap Soo Yeon dan teringat 14 tahun yang lalu
saat ia merintih kalau ia tak memiliki siapapun, Soo Yeonlah yang menenangkannya, "Hanya kau. cukup saja. Sudah cukup."
Ia pun menjalankan mobilnya dengan cepat, hampir menyerempet
Soo Yeon yang akan kena jika tak dilindungi oleh Jung Woo dengan mendekapnya
erat.
Soo Yeon tak merasakannya karena ia pingsan. Jung Woo mencoba
membangunkannya namun Soo Yeon tetap tak sadarkan diri.
Ibu dan Eun Joo yang hendak makan malam terkejut melihat
kedatangan Jung Woo yang membawa Eun Joo yang tampak lemah.
Jung Woo
menjelaskan kalau Soo Yeon baru saja keluar dari rumah sakit membuat ibu
bertambah cemas. Ibu juga mencemaskan Jung Woo yang terakhir ia dengar juga
sakit.
Soo Yeon malah mencemaskan Eun Joo, karena pertemuannya
terakhir dengannya. Perlahan ia memanggil Eun Joo yang hanya duduk diam di meja
makan.
Eun Joo menoleh dan menyapa Soo Yeon dengan dingin. “Siapakah
kau? Jika kau ingin membantah jati dirimu, seharusnya kau harus tetap
membantahnya terus.”
Soo Yeon meminta maaf pada Eun Joo. Ia sebenarnya berniat
untuk kembali hanya setelah ia menemukan pembunuh Detektif Kim.
Ibu dan Jung Woo terdiam mendengar pengakuan Soo Yeon. Namun
pengakuan itu melunakkan hati Eun Joo. Ia tersenyum pada Soo Yeon yang nampak
sedih dan kacau, mencoba menenangkannya,
“Hei, si kelinci gila saja tak bisa
menangkap pelakunya. Bagaimana mungkin kau berharap bisa menangkapnya? Masuklah
dan hangatkanlah dirimu. Saat kau kecil dulu saja, kau sudah sangat lemah.”
Soo Yeon menatap Eun Joo, berterima kasih padanya.Tapi Eun
Joo bersikap cool dan berkata kalau sekarang ayahnya pasti merasa tenang di
sana karena Soo Yeon sudah kembali.
Jung Woo tersenyum mendengar Eun Joo yang besar hati. Tapi
Eun Joo melihatnya dan menghardik Jung Woo, “Kau! Jangan ketawa, ya!”
Walaupun Eun Joo bersikap keras, tapi semua tahu kalau ini
adalah cara Eun Joo yang telah menerima Soo Yeon. Eun Joo meminta ibu untuk
memasak lagi, dengan ikan yang masih ibu simpan di dalam freezer. Walau ibu
membantah memiliki ikan, tapi Eun Joo tahu kalau ibu menyimpannya untuk Jung
woo, “Panggil aku kalau makanan sudah siap.”
Eun Joo berdiri dan hendak masuk kamar. Tapi Soo Yeon
memanggilnya dan berterima kasih pada Eun Joo. Masih dengan sikap sok cueknya,
Eun Joo bertanya apakah Soo Yeon bisa minum? Soo Yeon mengangguk dan mengatakan
kalau rasa soju sangatlah manis. Maka Eun Joo memutuskan kalau Soo Yeon cukup
oke. Dan ia pun masuk kamar.
Ibu bersyukur dengan perkembangan yang tak diduga ini. Ia
tak peduli apa yang sedang terjadi, selama Soo Yeon sudah kembali ke rumah,
maka hanya itulah yang penting.
Soo Yeon memeluk ibunya, memintanya agar tak menangis. Walau
penuh airmata, Ibu tersenyum melihat putrinya kembali dan memeluk Soo Yeon
semakin erat, “Senang melihatmu bisa kembali.”
Di dalam kamar, Eun Joo
tersenyum mendengar tangis bahagia ibu. Sementara ibu sudah bisa melihat
putrinya yang hilang selama 14 tahun ini, ia hanya bisa melihat ayahnya di foto
yang selalu ada di mejanya.
Ibu mengantarkan Soo Yeon untuk tidur di dalam kamar dan
menemui Jung Woo yang menunggu di luar. Ibu bertanya apakah Jung Woo akan
menginap di sini? Jung Woo tak bisa
menginap, karena baru hari ini ia pulang ke rumahnya dan ia akan pulang setelah
menemui Soo Yeon.
Ibu bertanya apa saja yang dilakukan Jung Woo hari ini, “Aku
sangat merindukanmu hari ini.” Jung Woo tersenyum dan memeluk ibu. Ia berkata
kalau ibu harus mulai bersiap-siap karena ia sudah memiliki pacar sekarang,
“Dia lebih muda dan sangat cantik.”
Ibu tertawa dan berkata kalau Jung Woo tak perlu khawatir
lagi dan hanya perlu menjaga diri. Seolah-olah tersinggung, Jung Woo bertanya
apakah berarti ia sudah tak berarti lagi di mata ibu setelah Soo Yeon kembali? Ia
tersenyum dan berkata, “Tapi kaulah yang paling kusukai.”
Aww.. calon ibu mertua..
“Karena ada saingan baru, kau berkata manis? Boleh
juga..”goda Jung Woo dan kemudian memeluk ibu dengan erat. Kata-kata Jung Woo
membuat ibu tersenyum semakin lebar.
Tepat pada saat itu, Soo Yeon keluar kamar dan melihat ibu
dan pacarnya berpelukan. Jung Woo terbelalak, dan pura-pura panik, “Ahh.. aku
ketahuan!”
Tapi Jung Woo langsung memeluk mereka berdua dan berkata lega,
“Akhirnya.. Apakah aku sekarang mendua? Bisakah?”
Soo Yeon dan ibu tersenyum dan membalas pelukan Jung Woo.
Di kamarnya, Hyung Joon menghancurkan pigura fotonya dengan
Soo Yeon dan masuk ke dalam ruang rahasia. Kali ini ia melempar foto ibunya dan
membanting rak pajangan yang menyimpan kalung dan bunga plastik ibunya,
“Ini semua karena ibu! Karena ibu, semua menjadi kacau!”
teriak Hyung Joon sambil menangis, “Ia tetap pergi. Bahkan setelah aku katakan
kalau aku yang membunuh Kang Sang Deuk untuknya! Zoe telah pergi. Bagaimana
mungkin ia melakukan ini padaku!”
Harry si sekretaris Yoon meminta agar Hyung Joon tenang. Ia
akan membawa Zoe kembali. Tapi Hyung Joon tak merasa perlu, karena ia tahu Zoe
tak akan pernah kembali. Dan ia juga melemparkan kemarahannya pada Harry. Ia
berteriak menyuruh Harry untuk pergi sekarang juga.
Tapi Harry menolak dan dengan tenang ia berkata kalau ia
pergi maka iapun akan sendirian juga. Jadi ia akan tetap tinggal. Tapi Hyung
Joon tetap mengusirnya pergi. Dan seperti anak kecil, ia menangis tersedu-sedu
memanggil Zoe.
Di kamar berdua dengan Jung Woo, Soo Yeon sudah bersiap
untuk tidur. Jung Woo berbaring di sebelahnya dan akan menunggui Soo Yeon
hingga Soo Yeon tertidur.
Soo Yeon mengajaknya berbicara. Ia tahu kalau Jung Woo pasti
sangat kaget menyadari Harry adalah anak kecil yang pernah ia selamatkan.
Jung
Woo tahu kalau ternyata Hyung Joon membuatnya kesal karena ada alasannya. Ia
bahkan sempat merasa kesal karena Soo Yeon sangat memperhatikan Hyung Joon,
“Apakah kau tak menyadarinya?”
Soo Yeon tersenyum mendengar kata-kata Jung Woo. Atas
permintaan Jung Woo, ia kemudian menceritakan masa 14 tahunnya.
Ia ingat
sepertinya ia tertabrak mobil. Dan saat ia sadar, sudah ada Hyung Joon di
sampingnya. Dan ia merasa tenang saat melihat wajah yang ia kenal. Walau tantenya
itu kejam dan ingin meninggalkannya, tapi Hyung Joon bersikeras untuk
membawanya pergi. Tapi ia tak begitu ingat akan kejadian saat itu.
Saat tiba di Paris, ia tak mengerti bahasa Perancis. Dan
pada saat itu, ia dan Hyung Joon saling bergantung satu sama lain. Ia selalu
takut kalau Harry tak ada di sisinya karena Tante yang bersamanya sangat
menakutkan dan sepertinya Tantenya itu tak menyukainya.
Seakan menyesal, Jung Woo berkata kalau Soo Yeon mendapat
masa-masa yang sulit karena dirinya. Tapi Soo Yeon berkata ia tahu kalau semua
itu bukan karena Jung Woo, “Tak ada yang salah di antara kita.”
Walau Soo Yeon merasa bukan salahnya, tapi Jung Woo berjanji
kalaupun ia harus mati, ia tak akan melarikan diri dan meninggalkan Soo Yeon
lagi.
“Kau tak boleh mati,” sela Soo Yeon. Dan ia meminta Jung Woo
untuk mengulangi kata-kata itu lagi.
Mematuhi perintah Soo Yeon, tanpa mengucapkan kata ia harus mati, Jung Woo pun berjanji, “Aku
tak akan pernah melarikan diri dan meninggalkanmu lagi,” dan Jung Woo
menambahkan, “Aku juga tak akan mati sendiri.”
Soo Yeon tersenyum mendengar janji Jung Woo dan mengatakan
sebuah permintaan yang sebelumnya hanya ada di dalam hatinya, “Tak peduli
kemanapun aku pergi, atau apapun yang aku lakukan, aku percaya kalau aku akan
menemukanku.”
Permintaan itu malah membuah Jung Woo kaget, “Kau mau pergi
kemana?”
“Aku hanya berkata kalau aku percaya kalau kau bisa
menemukanku dimanapun aku berada. Benar, kan?” kali ini Soo Yeon yang
mengulangi kata-katanya.
Tapi Jung Woo masih menatapnya, merasa tak nyaman dengan
kata-kata Soo Yeon. Soo Yeon pun mengalihkan pembicaraan dengan meringku di
selimutnya lebih dalam lagi, merasa senang bisa ada di rumah lagi, “Aku akan
tak mau tidur sepanjang malam, dan tetap seperti ini.”
Soo Yeon mulai menghapal perkalian 9 x 9 = 81. Jung Woo
terkejut karena Soo Yeon mengingatnya. Ia kembali tenang dan ikut menghafal
mundur seperti dulu. 9 x 8 = 72. Tapi menurut Soo Yeon, cara Jung Woo melafalkan
terlalu pelan. Dan ia mengulangi dengan lebih cepat.
Ahh.. pasti Jung Woo kalah menghafal. Soo Yeon kan sudah
ahli perkalian selama 14 tahun ini.
Jung Woo menggenggam tangan Soo Yeon dan karena hari ini
sangat baik, ia meneruskan perkalian mundurnya. 9 x 2 = 18 dan Soo Yeon menimpali 9 x 1 = 9 dan karena
tak ada lagi yang dikalikan, mereka berdua sama-sama tertawa geli.
Sementara itu Hyung Joon tertidur di dalam kamar Soo Yeon, mengingat
saat-saat ia tertidur di kamar ini dan berbincang sepanjang malam dengan Soo
Yeon. Kali ini tak ada Soo Yeon di sampingnya, ia hanya bisa menyentuh bantal
di sampingnya yang kosong.
Soo Yeon menulis di buku hariannya sambil memandangi Jung
Woo yang tertidur pulas di tempat tidurnya. Ia membuka-buka halaman-halaman
sebelumnya, dan menemukan jejak sidik jarinya.
Ia menyadari kalau Jung Woo
sudah mengetahui identitas dirinya dari mula dan iapun tersenyum sedih, “Jika usahanya
sampai seperti ini, bagaimana mungkin ia bisa berhenti menjadi polisi?”
Ia menutup buku harian dan mendekati Jung Woo yang terlelap.
Ia mengamati wajah Jung Woo dan bergumam, “Rasanya aku sudah gila.”
Soo Yeon pun perlahan membungkuk, mendekati
bibir Jung Woo. Dan perlahan ia pun menciumnya.
Hanya kecupan singkat yang diberikan oleh Soo Yeon, dan Jung
Woo pun tetap tertidur. Soo Yeon pun menegakkan badan setelah mencium Jung Woo.
Tiba-tiba, tanpa membuka mata, Jung Woo menarik Soo Yeon dan
mendekatkan wajah Soo Yeon kembali hingga bibir Soo Yeon kembali menciumnya.
Soo Yeon terkejut, namun ia tak menarik dirinya. Ia
membiarkan Jung Woo menciumnya.
Namun itupun hanya sesaat, karena Jung Woo membuka mata, dan
kaget saat melihat ia tertidur dengan mencium Soo Yeon.
LOL. Bisa ya, mimpi mencium dan terjadi. Mungkin ini adalah
arti harafiah dari When your dream comes true.
Buru-buru mereka memisahkan diri. Dan Soo Yeon menatap polos
ke langit-langit. Begitu pula Jung Woo.
Tapi Jung Woo yang masih penasaran, melirik pada Soo Yeon
dan menatap bibirnya. Perlahan-lahan ia beringsut mendekati Soo Yeon. Semakin
dekat dan semakin dekat hingga tak ada jarak di antara mereka.
Haha.. lucu banget melihat Jung Woo yang mencondongkan
wajahnya dan memajukan mulutnya untuk mencium Soo Yeon. Soo Yeon sendiri hanya
terdiam, tak berani melihat, tapi juga tak mau menolak. Ia hanya menunggu.
Dan Jung Woo pun akhirnya memberanikan diri untuk berguling
ke atas Soo Yeon dan menatap matanya.
Soo Yeon kali ini juga menatap mata Jung Woo. Ia
memberanikan diri menatap Jung Woo, menunggu Jung Woo.
Sesaat mereka berpandangan..
..namun sesaat itu
pula akal sehat Jung Woo kembali berjalan, dan ia buru-buru berguling ke
samping Soo Yeon, dan memunggunginya, “Maafkan aku. Aku yang salah. Maafkan aku,
Soo Yeon.”
Aww..
Soo Yeon tersenyum, merasa malu. Perlahan ia memukul
punggung Jung Woo, “Aku tak bisa hidup (kalau kau seperti ini.”
Mendengar hal itu, Jung Woo langsung bangkit dan mendelik,
membuat Soo Yeon kaget. Ia memukulkan tangannya ke lantai, sama seperti yang
Soo Yeon tadi lakukan, “Kalau kau tak bisa hidup, jadi apa aku harus hidup
seperti ini dan mati?” Ia memukulkan tangannya lagi beberapa kali, “Aku tak
dapat melakukannya karena aku merasa belum pantas melakukannya!”
Dan masih mendelik, ia mengancam Soo Yeon, “Kau.. Jangan
mati walau kau mau mati. Kau dan aku..”
Jung Woo langsung berhenti. Ujung kalimat itu hanya ada di
pikirannya. Soo Yeon menunggu kalimat lanjutan Jung Woo. Jung Woo tak
melanjutkan kalimatnya karena mungkin kalimat berikutnya adalah dari pikirannya
yang kotor.
Tanpa menyelesaikan kata-katanya, Jung Woo menutup dirinya
dengan selimut, tak berani menatap Soo Yeon lagi.
Ibu muncul ingin melihat apakah kedua anaknya sudah tidur.
Tapi ia melihat Soo Yeon mendekati Jung Woo yang memunggunginya.
Seo Yeon tersenyum, menyentuh Jung Woo dan
membelai punggungnya, “Terima kasih Jung Woo..”
Jung Woo seakan tersengat listrik saat tangan Seo Yeon
menyentuhnya, “Jangan! Minggir!” bentak Jung Woo panik. Demi mengalihkan
pikirannya, ia menghafalkan perkalian secara terbalik, “9 x 9 = 88, 9 x 9 = 81,
9 x 8 = 71, 9 x 7 = 64, 9 x 6 = 54, 9 x 5 = 45...
Ha! Benar-benar terbalik semuanya. Soo Yeon terus menatap Jung
Woo dari belakang, tersenyum. Akhirnya Jung Woo mulai tenang dan bisa
melafalkan perkalian dengan benar.
Ibu keluar kamar dan tersenyum, mengatai Jung Woo si bandel yang naif dan bertanya-tanya apa arti Soo
Yeon bagi Jung Woo hingga Jung Woo seperti itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar