Páginas

Minggu, 05 Januari 2014

Sinopsis I Miss You Episode 16 - 1

Yes, there are kisses in this episode. And no, there is no kiss in this part. So.. hehehe.. bersabar, ya.. But it’s still cute anyway. :)

Sinopsis I Miss You Episode 16 - 1

Jung Woo menunggu pintu lift terbuka. Saat lift terbuka ia segera keluar dan berteriak, “Soo Yeon ah!” Namun betapa terkejutnya ia. Di depan matanya ia melihat Harry memeluk Soo Yeon dengan erat.
Mendengar suara Jung Woo, Soo Yeon refleks menoleh dan melepaskan diri dari Harry. Tapi Harry malah memeluknya semakin erat, tak mau melepaskan Soo Yeon dan berkata, “Zoe, aku sudah tahu kau pasti kembali padaku.”
Jung Woo terkesiap kaget. Begitu pula Soo Yeon. Ia mencoba melepaskan diri lagi, tapi Harry tetap tak melepaskannya.
Dengan Zoe berada dalam pelukannya, Hyung Joon menatap Jung Woo. Wajahnya masih menyisakan air mata, tapi tanpa Zoe bisa melihatnya, ia tersenyum pada Jung Woo yang terpaku.
Kali ini Jung Woo memanggil Soo Yeon dengan lebih tenang, dan Soo Yeon kali ini juga berhasil melepaskan diri dari Harry. Tapi Harry mencoba menahannya dengan mengeluh, “Rasanya sakit. Bawa aku ke kamar.”
Tapi Jung Woo menyuruh Harry untuk menghentikan rengekannya. Dengan sinis ia berkata, “Nampaknya kau tak akan  mati karena kau masih bisa berbicara. Dan karena aku serasa ingin mati saat aku menuju kemari, jadi diamlah untuk sebentar saja.”
Harry menegakkan badan dan terdiam. Pada Soo Yeon, Jung Woo kemudian mengatakan dugaannya kalau pasti sudah terjadi sesuatu pada. Harry melirik Soo Yeon, tahu apa yang dimaksud oleh Jung Woo dan menanti reaksi Soo Yeon. Tapi walau teringat pada rekaman suara Sang Chul, Soo Yeon hanya terdiam tak berkata apapun tentang rekaman itu.
Jung Woo bersyukur melihat Soo Yeon baik-baik saja dan mengajaknya pulang. Tapi Harry mencegahnya, “Bukankah ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku, kan?”
Soo Yeon sejenak ragu, tapi ia akhirnya mencoba berdiri dan berkata pada Harry, “Tunggulah sebentar.” Ia melihat ada bunga plastik di atas meja, tapi Harry langsung mengambilnya sehingga Soo Yeon tak dapat melihatnya dengan jelas. Dengan masing-masing tangannya memegang bunga dan lengan Soo Yeon, Harry kembali mengeluh, “Aku merasa pusing.”
Akhirnya Jung Woo mendekat dan menawarkan diri untuk membawa Harry ke dalam kamar. Tapi Soo Yeon menolak dan berkata kalau ia yang akan membawa Harry karena ada yang ingin ia bicarakan pada Harry. Jung Woo pun tak mempermasalahkan hal itu, tapi ia tak akan pulang karena ia akan menginap di sini.
LOL banget lihat ekspresi Hyung Joon mendengar Jung Woo yang tiba-tiba memutuskan untuk menginap.
Jung Woo menjelaskan kalau ia mendapat telepon aneh dan ia melihat kalau Harry tampak kurang sehat, jadi ia memutuskan untuk bermalam untuk kali ini saja.
Ha! Pasti Harry sekarang menyesal kalau ia menampakan kalau ia sedang tak sehat.
Harry mencoba mendebat kalau ia akan memanggil polisi saja, tapi Jung Woo berkata, “Aku (polisi) kan sudah di sini.”
Tapi Jung Woo bergumam sendiri, “Tapi aku kan sudah dipecat,” membuat Soo Yeon kaget.
Tapi Jung Woo tetap berjongkok dan meminjamkan punggungnya untuk membawa Harry, “Naiklah. Dan sebagai gantinya, biarkan aku meminjam sofamu untuk hari ini saja.”
Setelah di kamar, Soo Yeon tak dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya akan benda yang dipegang Harry. Harry berbohong kalau benda itu adalah benda milik Craig yang tertinggal. Harry mengalihkan perhatian dengan bertanya mengapa Soo Yeon bertanya tentang kakinya dan telepon aneh apa yang diterima oleh Jung Woo?
Soo Yeon menatap mata Harry dan mengulangi pertanyaannya, “Yang melukai kakimu itu. Apakah kau berpura-pura tak tahu siapa yang melukainya padahal kau sudah tahu siapa orang itu?”
Harry tetap pada jawabannya yang tak tahu, “Kalau saja aku tahu, apakah kau pikir aku akan diam saja? Ia telah membunuh ibuku dan membuatku seperti ini.”
Harry meraih tangan Soo Yeon dan berkata kalau hidupnya menjadi suram setelah Soo Yeon meninggalkannya, apalagi di depan matanya, Jung Woo langsung lari mengikuti Soo Yeon pergi,
“Pada saat itu aku berpikir untuk membunuh orang yang telah membuat kakiku seperti ini. Jika aku menemukannya, aku akan membuatnya seperti ibuku. Jika ia mempunyai anak, aku akan membuat anaknya jadi seperti aku.”
Soo Yeon terkejut mendengar kata-kata yang tak terdua keluar dari mulut Harry yang bertanya padanya, “Apakah kau pikir aku tak mampu melakukannya?”
Jung Woo mengingat kembali percakapan telepon yang ia dengar. Dan ia teringat pada ruang 302 yang disebut di telepon dengan ruang yang pernah ia datangi dengan tingkah aneh dokternya. Kebetulan pula nama pasien itu adalah Kang Hyun Joo, sesuai dengan nama yang disebut di telepon.
Ia menulis semua itu dalam buku catatannya : Kamar 302, Kang Hyun Jo, suara anak-anak, RSJ Jaekyung, Dokter, Ayah.
Soo Yeon meminta Harry melepaskan tangannya karena ia takut melihat Harry yang sekarang. Tapi Harry malah bertanya, apakah Soo Yeon mengira kalau ia telah berubah?
“Kau juga ingin membunuh orang-orang yang telah melukaimu. Kau dulu mengatakan kalau kau tak menginginkan mereka ada di sekitarmu!” kata Harry lebih keras. “Ini bukan untukku. Kau yang telah berubah. Hingga aku menemukan bajingan itu, tetaplah tinggal di sisiku. Aku akan melepaskanmu, kemanapun engkau ingin pergi setelah itu.”
Soo Yeon keluar dari kamar dan melihat Jung Woo sedang memeriksa keamanan rumah. Belum siap menghadapi Jung Woo karena teringat rekaman dari USB itu, ia bersembunyi di balik dinding.
Tak disangka, Jung Woo juga memeriksa sudut tempat ia bersembunyi membuat ia kaget. Jung Woo malah lebih kaget melihat Soo Yeon yang berdiri di sana, “Aku hanya ingin memeriksa jendela kamarmu,” dan dengan nada konspiratif ia berbisik, “Kau juga tak membiarkanku untuk tidur di kamarmu, kan?”
Dan Jung Woo terus berbisik pura-pura merajuk, berkata kalau ia sebenarnya tahu kalau Hyung Joon hanya berpura-pura sakit agar bisa bersandar dan memeluk Soo Yeon. Masih tetap berbisik, Jung Woo mengancam kalau ia dapat membunuh Harry dalam sekali pukul saja.
Melihat adegan ini, rasanya melihat sepasang kekasih yang sedang bete-bete-an, yang satunya marah dan satunya hanya membiarkan saja si pacar marah-marah tak tentu arah. Been there, done that.
Dan Soo Yeon pun hanya membiarkan Jung Woo terus berbisik, kali ini memarahinya karena meninggalkan handphone di butik, “Kalau ada sesuatu yang terjadi seharusnya kau memberitahuku. Karena tak terjadi apapun, aku akan membiarkannya,” katanya masih berbisik.
Soo Yeon mengikat rambutnya, cuek dengan omelan Jung Woo karena ia masih sibuk menenangkan hatinya yang tadi takut melihat Harry. Komentar akan omelan Jung Woo hanya, “Apa kau melakukan kesalahan? Bicaralah lebih keras.”
Jung Woo tersenyum, “Ini taktikku,” kata Jung Woo membuat Soo Yeon menoleh. “Dulu suaramu juga kecil sekali, sehingga membuatku penasaran dan membuatku memperhatikanmu. Aku belajar darimu.”
Hehe.. Soo Yeon jadi salah tingkah. Namun ia teringat kata-kata Jung Woo tadi yang katanya ia telah dipecat, dan bertanya tentang hal itu. Jung Woo ganti yang salah tingkah dan beralasan kalau atasannya mulai ngaco. Tapi tatapan Soo Yeon nampak tak percaya akan bualan Jung Woo, membuat Jung Woo semakin salah tingkah.
Jung Woo pun mengalihkan perhatian dengan mengatakan kalau ia akan pulang ke rumah. Kata rumah membuat Soo Yeon tertarik, “Rumah? Rumah yang mana?” Jung Woo menjawab kalau ia akan pulang ke rumah ayahnya. Ia ingin menjelaskan alasan kepulangannya, tapi Jung Woo memilih untuk menjelaskan alasannya nanti setelah mereka hanya berdua saja.
Mendengar kata ayah, Soo Yeon jadi teringat akan rekaman dari USB dan bertanya pada Jung Woo, seperti apakah ayah Jung Woo yang sebenarnya.
Jung Woo menceritakan ayahnya juga seperti ibu Soo Yeon, menyukai uang, walau kadarnya jauh berbeda, “Karena melindungi uang itu, ia tak pernah melakukan apapun. Aku tak pernah melihatnya berlibur atau membeli mobil baru. Bahkan saat anaknya pergi dari rumah, ia tak punya waktu untuk mencarinya karena ia sibuk melindungi uangnya,” kata Jung Woo dengan pandangan menerawang. “Itulah ayahku. Aku merasa kasihan padanya.”
Soo Yeon menatap iba pada Jung Woo, “Han Jung Woo, jangan pernah lagi menghiburku dikemudian hari,” kata Soo Yeon mengagetkan Jung Woo, “Katamu rumahmu besar, kan? Pasti sangat berangin di sana.”
Jung Woo menyadari apa maksud kata-kata Soo Yeon. 14 tahun yang lalu ia pernah mengatakan hal itu. Karena rumahnya besar sehingga berangin, sehingga membuat matanya berair. Walau Jung Woo mengatakan seperti itu, tapi Soo Yeon tahu kalau  sebenarnya Jung Woo kesepian dan sedih saat tinggal di rumahnya sendiri.
Dengan lembut Soo Yeon berkata, “Jika matamu berair lagi, datanglah padaku kapan saja. Aku akan menghiburmu.”
Soo Yeon pun menyentuh tangan Jung Woo dan menggenggamnya.
Keesokan paginya saat Soo Yeon ke butik, ia kaget melihat rekan Jung Woo di ruangannya sedang memeriksa semua barang di ruang kerjanya. Untungnya Jung Woo menelepon, dan rekan Jung Woo meminta Soo Yeon memberitahukan Jung Woo kalau ia sudah kemari.
Dan ia tak dapat menutupi rasa penasarannya saat mendengar Soo Yeon berkata kalau Jung Woo sudah pergi saat ia bangun tidur. Ia pun bertanya-tanya, “Mereka tidur bersama?”
Jung Woo memberitahu kalau ia sekarang sudah ada di depan rumahnya. Ia harus mengirimkan polisi untuk melindungi Soo Yeon karena ia mendapat telepon aneh dari handphonenya dan ia menduga kalau penelepon itu adalah penjahat yang tak bisa ia tangkap kemarin membuat Soo Yeon terkejut, “Maaf ya. Sepertinya penjahat itu tahu kalau aku menyukaimu,” katanya sambil bercanda.
Soo Yeon menduga kalau ada orang yang menyelinap dan menggunakan handphonenya saat ia turun karena mendengar suara manekin jatuh. Kata-kata Soo Yeon malah membuat Jung Woo semakin khawatir. Namun kekhawatiran Jung Woo ini malah membuat Soo Yeon tersenyum senang.
Jung Woo melihat mobil atasannya sudah datang dan ia menenangkan Soo Yeon kalau ia telah mengetatkan pengamanan di butik dan meminta Soo Yeon untuk tak cemas.
Di dalam mobil Detektif Joo dan atasannya telah menunggu dengan segala alat penyadap. Dari kantor polisi? Tidak, karena Jung Woo bukan polisi lagi, maka Detektif Joo membelinya dari luar. Illegal, saya rasa. Selain alat penyadap, kamera mini dan pistol gas. 
Ha, pistol gas. Jung Woo merasa malu, sebagai polisi ia tak memakai pistol gas. Ia berkata kalau penjahat yang mereka kejar ini kurang kasih sayang, makanya yang dibutuhkan adalah sentuhan fisik, “Aku akan memberinya bogem mentah.” LOL.
Sebelum pergi, Jung Woo meminta Detektif Joo untuk memeriksa pasien kamar 302, Kang Hyun Joo. Jung Woo memeriksa kotak barang-barangnya. Barang kenangan Soo Yeon seperti payung dan name tag ada di sana. Setelah semuanya siap, ia pun beranjak pergi.
Tapi Detektif Joo menghentikan Jung Woo, “Bagaimana kau akan menangkap penjahat itu? Dengan payung dan name tag?” Detektif Joo pun memberikan pistolnya.
Namun atasannya segera mencegahnya, karena memberikan pistol milik polisi pada Jung Woo yang sudah bukan polisi lagi. Maka ia memberikan borgol miliknya pada Jung Woo dan meminta Jung Woo untuk segera menangkap penjahat itu agar statusnya dapat segera dipulihkan. 

Melihat borgol itu, Jung Woo bertanya pada atasannya apakah yang ia lakukan sekarang adalah hal yang benar? Dengan menangkap penjahat itu, berarti ia akan menangkap ayahnya.
Atasannya hanya bisa meminta maaf telah memberikan beban ke pundak Jung Woo. Tapi Jung Woo menyadari, hanya dengan mendekati ayahnya yang mungkin menjadi targetlah, yang membuat mereka bisa menangkap penjahatnya. 
Saat Jung Woo keluar, Detektif Joo mengikutinya dan memberitahukan tentang tante Jung Woo. Detektif Joo mengatakan kalau ibu Jung Woo hanya memiliki satu saudara, dengan saudara satunya adalah seorang profesor wanita yang sekarang tinggal di Florida.
Kenyataan itu membuat mereka berdua bertanya-tanya, siapa sebenarnya wanita yang tinggal di rumah Han Tae Joon sekarang. Detektif Joo merasa misteri ini sulit untuk dipecahkan. Tapi Jung Woo menenangkan kalau mereka dapat memecahkan satu petunjuk, maka petunjuk lain akan muncul sendiri.
Namun pembicaraan mereka harus terhenti karena sudah muncul satpam yang berjaga di depan gerbang. Buru-buru Detektif Joo menghilang agar samaran mereka tak ketahuan.
Seperti biasa para satpam itu mencegah Jung Woo untuk masuk dan menanyakan siapakah Jung Woo yang berani masuk ke rumah ini. Tapi mereka akhirnya membiarkan Jung Woo masuk setelah Jung Woo menjawab kalau ia adalah orang yang menyelamatkan mereka berdua. Mungkin maksudnya bukan menyelamatkan nyawa tapi menyelamatkan pekerjaan mereka hingga mereka tak dipecat.
Dan tentu saja, keluarga Jung Woo kaget melihat kedatangan Jung Woo. Apalagi Tae Joon. Ia langsung melempar sendok ke meja, membuat Ah Reum dan ibunya kaget dan takut melihatnya marah.
Tapi Jung Woo dengan santai berkata kalau berkat ayah, ia telah dipecat oleh Kepala Polisi. Dengan ketus Tae Joon berkata kalau ia tak pernah mengijinkan Jung Woo tinggal di rumah.
Apalagi Mi Ran yang benar-benar tak mau Jung Woo pulang ke rumah. Bukankah dulu Jung Woo pernah mengatakan kalau ia sudah tak mempercayai ayahnya.
Lagi-lagi Jung Woo menjawab kalem kalau bagi dia sekarang kepercayaan itu bukanlah segalanya. Yang penting bagi dia sekarang adalah makan 3 kali sehari dengan layak. Dan dengan mengatakan itu, ia duduk di meja dan mengambil mangkuk nasi yang disodorkan oleh Ah Reum
Sambil makan, Jung Woo berkata percuma jika ayahnya ingin mengusirnya pergi, karena ia sekarang pengangguran dan tak punya rumah, “Dan karena aku juga tak melihat hebatnya menjadi polisi, maka aku akan mencoba menjadi anak Han Tae Joon yang baik.”
“Kau pikir kau sedang mencoba menjadi anakku?”
“Aku kan memang anak Ayah, bukan berpura-pura sebagai anak Ayah,” jawab Jung Woo sambil mengunyah makanan.
“Kau dulu pergi karena tak mau menjadi anak di rumah ini,” Mi Ran mencoba mencecarnya.
“Ibu sendiri yang mengatakan kalau aku adalah satu-satunya putra di rumah ini saat di Belluz,” kata Jung Woo membalikkan kata-kata Mi Ran dulu, membuat Mi Ran diam seribu bahasa dengan Ah Reum senyum-senyum kegirangan melihat kakaknya berani pulang.
Di ruang kerja, Mi Ran mengancam suaminya kalau ia akan pergi dari rumah kalau Jung Woo tetap tinggal di rumah ini. Tapi ancaman itu sia-sia karena Tae Joon menyuruh Mi Ran pergi jika Mi Ran tak mau, karena ia membawa Mi Ran ke rumah ini sebenarnya untuk membesarkan Jung Woo, tapi tak ada yang pernah dilakukan oleh Mi Ran.
Mi Ran mulai mengomel lagi, tapi Tae Joon menyuruh Mi Ran diam. Ia memberitahukan kalau sudah banyak orang yang dibunuh oleh Kang Hyung Joon, termasuk Sekdir Nam. Tentu saja Mi Ran kaget mendengarnya. Ia keceplosan bicara, “Apa jadinya aku jika ia meninggal?”
Tentu saja Tae Joon curiga dengan kata-kata Mi Ran. Tapi Mi Ran segera tersadar dan mengatakan kalau ia hanya takut kalau Hyung Joon akan membunuhnya.
Tae Joon berkata kalau Kang Hyun Joo tak sadar kesalahan ibunya dan malah datang untuk membunuhnya, “Bagus juga kalau Jung Woo datang karena keinginannya sendiri. Jika kau tak ingin mendapat masalah dengan Kang Hyung Joon, maka biarkanlah semua ini terjadi. Mengerti?!”
Di ruang rahasia, Hyung Joon menyuruh Harry si sekretaris Yoon  untuk kembali ke Perancis, ke perkebunan tempat ia dulu tinggal, karena di perkebunan itu orang-orang yang sering mengganggunya telah menghilang.
Tapi Sekretaris Yoon bertanya tentang ibu Hyung Joon yang masih hidup, “Jadi bagaimana kita dapat menyalahkan kematian Ibu pada Han Tae Joon?”
“Harry, aku akan menyelesaikannya sendiri. Aku akan membuat Han Tae Joon seperti ibuku,” kata Hyung Joon bersikeras. Sekretaris Yoon pun berkata kalau ia akan membuat Tae Joon untuk pergi dari rumah sehingga Hyung Joon dapat masuk untuk menemui ibunya. Mereka hanya perlu untuk mencocokkan jadwal.
Namun Hyung Joon tak mau menjawab saat ditanya tentang hubungannya dengan Zoe. Hyung Joon malah berkata, “Aku akan sangat merindukanmu, Harry. Terima kasih untuk segalanya.” Sekretaris Yoon pun mengerti dan tak mengejar jawaban dari Hyung Joon.
Jung Woo dan Detektif Joo melakukan tugasnya masing-masing walau tetap berkomunikasi via handphone. Sementara Jung Woo masih subuk berpikir dimana letak yang paling baik meletakkan kamera mini, Detektif Joon berhasil menemukan penyadap yang ditemukan di telepon Dokter sekutu Tae Joon.
Saat dokter itu memergoki Detektif Joo di ruangannya, Detektif Joo hanya perlu memberikan surat penggeledahan sehingga Dokter itu tak bisa berkata apa-apa. 
Jung Woo meminta Detektif Joo untuk mencari karyawan rumah sakit yang bekerja selama 14 tahun,  atau kepala perawat untuk mencari petunjuk. Dan ia juga meminta Detektif Joo untuk mengeluarkan kemampuan merayunya agar mereka mengatakan yang sebenarnya.
Jung Woo menyelidiki semua barang yang ada di rumah ayahnya hingga ke kamar ibunya. Hampir saja ia terpergok oleh ibu tirinya.
Ia beralasan kalau ia sedang mencari baju ganti dan mengira kalau lemari Mi Ran adalah lemari ayahnya juga dan seperti pengangguran yang tak punya apa-apa, ia meminta pada ibu tirinya, “Tolong belikan aku beberapa baju, ya.”
Detektif Joo mulai mengeluarkan rayuan mautnya pada suster jaga. Dan ia berhasil mendapatkan informasi kalau sebelum mereka, sudah ada orang yang mencari tahu nama-nama pasien dari 14 tahun yang lalu. Dan orang itu meninggalkan nomor handphone, sehingga bisa dilacak dan mereka bisa tahu.
Kali ini Jung Woo menyelidiki kamar kerja ayahnya. Tak ada yang mencurigakan di ruangan itu, kecuali sebuah lemari kayu. Hampir saja ia mendekati lemari itu, tapi ayahnya keburu datang. Ia langsung melepas earpiece di telinga dan memberi hormat pada ayahnya.
Lagi-lagi ia bisa memberi alasan kalau ia telah menaruh CV-nya yang didalamnya tertulis keahliannya, yaitu Tae Kwon Do, bahasa Inggris, bahasa Perancis, menyadap, membuntuti orang, menyelidiki. Ia pun buru-buru pergi, setelah memberi hormat lagi pada ayahnya. Tae Joon sedikit curiga tapi melihat lembar CV di meja, ia pun membacanya.
Jung Woo memasuki ruangan Hyun Joo dan melihat kalau wanita yang ia sangka tantenya itu sedang tidur pulas. Melihat bunga plastik di tangan Hyun Joo, ia teringat pada pria berbaju hitam yang merampas bunga itu dari tangan wanita ini. Ia pun penasaran dan mencoba mengambil bunga itu.
Tapi tiba-tiba Hyun Joo terbangun berkata, “Kau tak boleh!” membuat Jung Woo kaget. Jung Woo buru-buru minta maaf karena ia tak bermaksud untuk mencurinya. Ia hanya ingin melihatnya sebentar.
Tapi Hyung Joo malah meneriakkan nama Han Tae Joon berulang-ulang sambil menyelimuti seluruh badannya. Jung Woo mencoba menenangkan Hyun Joo dengan menawarkan apa perlu ia memanggil Han Tae Joon. 
Tawaran itu membuat Hyun Joo tenang dan membuka selimutnya. Ia memandangi bunga itu dan kemudian meletakkan bunga itu ke tangan Jung Woo dan mengulang kata ‘bayi’ berkali-kali, membuat Jung Woo bertanya, “Apakah anda ingin menemui bayi anda?”
Namun Hyun Joo langsung bersembunyi saat melihat Tae Joon datang. Jung Woo langsung berdiri, dan seolah tak ingin Hyun Joo dimarahi ia memuji tantenya yang cantik, “Ah Reum mengatakan kalau ia mirip denganku. Ia tanteku bukan?”
Tae Joon hanya menjawab kalau wanita itu adalah noda dalam keluarga mereka dan menyuruh Jung Woo untuk tak mengatakan pada pihak luar.
Jung Woo mengerti. Ia mencoba membujuk ayahnya untuk pergi ke sauna bersama. Tapi ayahnya malah marah dan menyuruh Jung Woo untuk menjaga rumah dengan benar kalau ingin terus mendapat makan.
LOL, serasa ngeliat Donal Bebek dan Paman Gober, deh..
Jung Woo bergumam kalau ia diperlakukan seperti anjing dan ia pun mengiyakan perintah ayahnya, “Aku akan bermain-main seperti anjing di siang hari dan berjaga di malam hari.” Ia pun keluar meninggalkan ayahnya.
Tapi ayahnya memintanya untuk tak berbuat bodoh lagi. Karena setinggi apapun ia melompat selama 14 tahun ini, Jung Woo akan kembali di bawah bayangan ayahnya. 
Mendengar perintah ayahnya itu, Jung Woo meminta ayahnya untuk tak terus mengingatkannya akan hal itu, “Karena aku hampir tak kuat menanggung malu.”
Mendapat panggilan dari ibu Soo Yeon, Detektif Joo mendatangi rumahnya. Ternyata ibu memintanya untuk memberikan selimut listrik untuk Jung Woo karena ia tahu kalau Jung Woo sakit.
Tapi Detektif Joo mengatakan kalau ibu terlambat, karena Jung Woo sudah kembali ke rumahnya. Tentu saja hal ini membuat ibu heran dan khawatir.
Eun Joo tiba-tiba muncul dan ingin bicara dengan Detektif Joo. Di kamarnya, ia bertanya pada detektif Joo, sejak kapan Detektif Joo tahu kalau Zoe adalah Soo Yeon. Tentu saja detektif Joo kaget mendengar informasi itu, karena setahu dia Zoe bukanlah Soo Yeon karena sidik jarinya berbeda.
Tapi menurut Eun Joo, Zoe itu pastilah Soo Yeon, karena Jung Woo langsung pergi meninggalkan rumah setelah menemukan Soo Yeon. Detektif Joon berjanji untuk menyelidiki hal ini.
Ia juga meminta Eun Joo untuk tak menjelek-jelekkan Jung Woo, karena demi menangkap pembunuh ayah Eun Joo dan memecahkan misteri 14 tahun yang lalu, ia kembali ke rumah ayahnya mempertaruhkan nyawanya untuk menemukan pembunuh berantai itu, “Ia mungkin akan menahan ayahnya sendiri.”
Eun Joo terkejut mendengar kata-kata Detektif Joo. Begitu pula ibu yang mencuri dengar pembicaraan mereka di balik pintu.
Jung Woo menata kamarnya (di loteng! Aww.. Rooftop Detective?) dan mendapat telepon dari Detektif Joo yang kali ini menyuruh Jung Woo untuk menyobek-nyobek mulutnya sendiri karena telah berbohong. Ia memberitahukan apa yang dikatakan Eun Joo tadi kalau Zoe adalah Soo Yeon.
Jung Woo tak mengelak namun ia juga bertanya mengenai orang yang mencari tahu informasi yang sama dengan mereka. Detektif Joo sudah menemukannya. Orang itu adalah kakek yang gila seperti Jung Woo yang ia dengar dulu juga seorang Detektif. Dan ia memberitahukan namanya. Detektif Choi.

Jung Woo kaget saat mendengar nama itu, “Kakek?”
Jung Woo pun keluar rumah dan melihat Sekretaris Yoon yang sudah siap mendampingi ayahnya untuk pergi.
Ia menyapa Sekretaris Yoon dan menepuk pundak kanannya. Sekretaris Yoon mengernyit kesakitan, membuat Jung Woo mengerutkan kening, “Apakah kau sakit?”
Sekretaris Yoon menjawab kalau ia terjatuh saat berolah raga. Namun Jung Woo yang sudah curiga bertanya kembali, “Pada hari itu, kau menghilang kemana?” Sekretaris Yoon pura-pura tak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Jung Woo.
Jung Woo tersenyum dan berkomentar kalau Sekretaris Yoon lebih tinggi darinya, dan sekitar 180 cm lebih, membuat Sekretaris Yoon tak nyaman. Jung Woo mencoba bergurau kalau ia tak suka melihat Sekretaris Yoon yang lebih tampan darinya.
Ia tersenyum dan menepuk pundak kanan Sekretaris Yoon sekali lagi, membuat Sekretaris Yoon mengernyit lagi. Untungnya saat itu Tae Joon datang dan Sekretaris Yoon pun segera masuk ke kursi pengemudi meninggalkan Jung Woo.
Setelah mobil ayahnya pergi, Jung Woo menelepon atasannya untuk mencarikan informasi tentang Sekretaris utama Bank Sangil, “Nama keluarganya adalah Yoon.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Templates grátis free